AGENDA POLITIK GAGAL YUDAS ISKARIOT
Yudas Iskariot merupakan tokoh yang kontroversial. Pandangan orang terhadap Yudas Iskariot juga beragam. Ada yang mengutuk Yudas, karena tega menjual Yesus demi ambisi pribadinya. Namun, ada juga kalangan yang memandang Yudas dari sisi lain, yakni sebagai tokoh yang turut andil dalam perwujudan karya keselamatan dari Allah Bapa melalui Yesus Kristus. Yudas dipandang sebagai tokoh yang berjasa, karena menjadi tokoh penting dalam mewujudkan misi Yesus sebagai penyelamat. “Tanpa Yudas, Yesus tidak akan mati di Salib dan menjadi penyelamat seluruh umat beriman”, demikian komentar banyak orang yang sering kita dengar. Kita tidak perlu berdebat lebih jauh di sini, apakah Yudas itu pecundang atau pahlawan.
Saya ingin melihat Yudas secara lebih menyeluruh disini. Kita bisa bertanya: jika memang Yudas menginginkan Yesus mati di tangan para penguasa bangsa Yahudi, mengapa kemudian ia menyesal, ingin membatalkan kesepakatan dengan tua-tua Yahudi, mengembalikan uang perak, dan pergi bunuh diri? Jika ia menyerahkan Yesus demi mendapatkan uang, mengapa uangnya ia kembalikan ketika ia tau bahwa Yesus akan dibunuh? Karena itu, bisa dipastikan bahwa uang dan kematian Yesus bukanlah tujuan utama dari Yudas ketika ia menjual Yesus. Lalu apa motif utamanya? Tidak lain adalah motif POLITIK.
Secara sederhana bisa digambarkan begini. Sejak awal, orang Yahudi merindukan seorang raja yang mampu membebaskan mereka dari kuasa tangan besi yang berkuasa pada waktu itu. Ketika Yesus tampil ke muka umum dan membuat banyak mujizat, bangsa Yahudi sangat berharap bahwa Dialah yang akan menjadi raja. Keberpihakan-Nya kepada kaum lemah semakin membuat orang-orang Yahudi jatuh hati. Namun Yesus selalu menolak ketika Ia ingin dijadikan sebagai raja. Ia konsisten dengan tugas perutusan yang diberikan Bapa-Nya. Ia datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Melihat keinginan publik yang begitu besar menjadikan Yesus sebagai raja, Yudas seperti mendapat pencerahan. Disinilah kecerdasan Yudas kita lihat. Ia tidak seperti para rasul lainnya. Yudas mempunyai visi sendiri. Ia sangat ingin melihat Yesus diangkat sebagai seorang pemimpin, karena ia tau ketika Yesus menjadi seorang pemimpin, dirinya pun akan mendapat jatah sebagai salah satu pejabat dalam kepemimpinan Yesus. Ingat, Yudas adalah seorang bendahara yang sangat handal. Dia adalah ahli pengelolah keuangan. Jabatan inilah yang ingin dia raih ketika Yesus menjadi pemimpin. Yudas ingin menjadi menteri keuangan, sebuah jabatan yang sangat prestisius. Yudas hanya memikirkan uang dan jabatan.
Namun demikian, Yudas tampaknya hanya sedang bermimpi. Meski publik menginginkan diri-Nya menjadi raja, Yesus malah sebaliknya, Ia tidak ingin mengambil jabatan itu. Yudas galau. Ia berpikir keras bagaimana membuat Yesus mau diangkat sebagai raja. Sepertinya berbagai cara telah ditempuh Yudas, namun tidak ada yang membuahkan hasil. Tetapi ia tidak pernah kendor dalam usaha meraih ambisi dan egonya. Ia terus berusaha lebih keras. Akhirnya ia mengambil langkah ekstrem. Ia membenturkan Yesus dengan kaum yang sangat membenci Yesus. Maka, ia menjual Yesus kepada tua-tua dan imam-imam kepala bangsa Yahudi. Dengan cara ini Yudas berharap Yesus akan melakukan tindakan perlawanan. Tidak terpikirkan dalam benak Yudas bahwa Yesus tidak melawan sedikit pun. Yudas sangat percaya bahwa Yesus akan melawan mereka yang menangkap dan ingin membunuh-Nya. Bahkan Yudas berharap Yesus akan membinasakan mereka. Ketika hal itu terjadi, pastilah orang-orang akan mengagung-agungkan nama Yesus. Ia akan tampil sebagai pemimpin hebat. Keinginan Yudas terpenuhi. Namun, sayang seribu sayang, hal itu tidak terjadi. Yudas malah menyaksikan Yesus yang tidak melakukan perlawanan sama sekali. Bahkan, Yesus dengan sukarela menanggung penderitaan-Nya. Ia tidak melawan sedikitpun sampai Ia dibunuh dan mati di kayu salib.
Yudas pada akhirnya menyadari bahwa tindakan yang dilakukannya sebuah blunder besar. Ia salah perhitungan. Ia gagal. Karena itu, ia menyesal. Ia tidak tau lagi harus berbuat apa, karena semuanya sudah terlanjur. Disinilah kita menyaksikan MANUVER POLITIK YUDAS ISKARIOT YANG GAGAL TOTAL.
Untuk direnungkan…
Yudas merupakan representasi manusia-manusia licik zaman ini. Tidak sedikit orang yang tega memanfaatkan sesamanya untuk meraih kepentingan pribadi dan kelompoknya. Bahkan ada yang tidak segan-segan menegasi dan menyingkirkan sesamanya demi memenuhi ambisi pribadi. Sikap serakah seringkali membutakan manusia. Kurangnya sikap bersyukur dan selalu merasa kurang, membuat manusia selalu ingin mendapat lebih. Celakanya, demi keinginan itu, cukup banyak orang yang sampai rela kehilangan banyak hal yang juga amat penting dan mendasar dalam hidup: hubungan kekeluargaan, persahabatan, dan sebagainya.
Saudara-saudari yang mengimani Kristus, bila kita ingin secara konsekwen mengikuti Kristus, kita dituntut untuk memiliki visi yang sama dengan Kristus. Bila kita lebih mengedepankan visi dan ambisi pribadi kita, maka sangat mungkin bagi kita untuk dengan mudah “melepaskan dan menukarkan” Yesus dengan hal-hal yang kita anggap dapat memenuhi visi dan ambisi kita. Semoga peristiwa sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan yang kita rayakan dalam misteri paskah, sungguh-sungguh semakin memperkokoh iman kita kepada-Nya. Marilah kita mencari kehendak-Nya selalu, bukan kehendak kita yang utama. Marilah kita senantiasa berseru bersama Yesus, “Bukan kehendak-ku ya Bapa, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”.
Berkat Tuhan melimpah untuk kita semua.
Pada Hari Jumat Agung, 2 April 2021
Robertus Moses