Renungan 05 Agustus 2021

Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Matius 16:22-23

Sungguh pernyataan yang mengejutkan yang diucapkan oleh Yesus kepada Petrus. “Enyahlah iblis!” Yesus berkata. Dalam paragraf sebelumnya, Petrus mengaku bahwa Yesus adalah ”Kristus, Putra Allah yang hidup”. Yesus pada gilirannya memberi tahu Petrus bahwa dia adalah Petros dan di atas petra ini Dia akan membangun Gereja-Nya. Petros adalah kata Yunani untuk batu yang dapat dipindahkan dan petra adalah fondasi batu yang kokoh dan tidak dapat digerakkan. Dengan demikian, Petrus diberitahu bahwa dia akan menjadi batu, yang diletakkan di atas dasar yang kokoh, yang dengannya Yesus akan membangun Gereja-Nya. Yesus bahkan kemudian berjanji kepada Petrus bahwa dia akan menerima kunci Kerajaan dan bahwa apa pun yang dia ikat di bumi akan terikat di Surga. Dan kemudian, satu paragraf kemudian, Yesus menegur Petrus karena berpikir “bukan sebagai Tuhan” tetapi sebagai manusia.

Yesus menegur Petrus karena Petrus tidak dapat menerima ajaran Yesus tentang sengsara dan kematian-Nya yang akan datang. Yesus memberi tahu Petrus dan murid-murid lainnya bahwa Dia akan segera sangat menderita, ditolak oleh imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dibunuh dan kemudian bangkit pada hari ketiga. Jadi Petrus beralih dari proklamasi iman yang mendalam, menjadi ketakutan dan penolakan terhadap rencana keselamatan Ilahi. Dan karena alasan itu, Yesus beralih dari mempercayakan banyak otoritas kepada Petrus menjadi menegurnya karena kelemahan dan ketakutannya.

Ketakutan seringkali merupakan gairah yang melumpuhkan. Santo Thomas Aquinas menjelaskan bahwa hasrat ketakutan berasal dari kejahatan masa depan yang dirasakan. Kesedihan adalah reaksi normal terhadap penderitaan saat ini seperti kematian orang yang dicintai. Tetapi ketika penderitaan yang dirasakan, atau kejahatan yang tampak, adalah sesuatu yang belum datang, maka kita sering bereaksi dengan rasa takut. Ketika rasa takut itu disebabkan oleh sesuatu di luar kendali kita, itu menggoda kita untuk merasakan keterkejutan, perasaan kewalahan dan kecemasan. Dalam kasus Petrus, pemikiran tentang Yesus yang sangat menderita, dan dibunuh, lebih dari yang dapat ia terima. Jadi Petrus berkata, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”

Teguran Yesus terhadap Petrus adalah tindakan kasih yang sejati. Itu adalah cara untuk membebaskannya dari kelumpuhan ketakutan. Yesus ingin Petrus berpikir jernih dan menghadapi penderitaan masa depan ini dengan keberanian, penerimaan, harapan dan iman. Keberanian memberikan kekuatan. Penerimaan menyembuhkan kecemasan. Harapan menghasilkan sukacita. Dan iman adalah obat untuk semua ketakutan. Ini dan kebajikan serupa lainnya diperlukan jika Petrus dan murid-murid lainnya akan mampu menanggung penderitaan dan sengsara Yesus. Mereka perlu tahu bahwa kejahatan yang dirasakan ini akan diubah oleh Bapa di Surga dan digunakan untuk kebaikan terbesar yang pernah dikenal dunia. Mereka perlu tahu bahwa Yesus “harus pergi ke Yerusalem dan sangat menderita…” Itu adalah kehendak Bapa. Dan karena itu adalah kehendak Bapa, kebaikan terbesar akan datang dari kejahatan terbesar karena kuasa Tuhan yang Maha Kuasa.

Renungkan, hari ini, pada apa yang paling membuat anda takut dan cemas dalam hidup anda. Ketika anda melihat ke masa depan, apa yang melumpuhkan anda atau setidaknya menggoda anda untuk takut dan khawatir? Yang benar adalah bahwa setiap kejahatan atau penderitaan yang anda perkirakan memiliki potensi untuk menghasilkan kebaikan terbesar dalam hidup anda. Pikiran manusia alami anda tidak dapat membedakan ini. Kita harus berusaha untuk berpikir dari sudut pandang Tuhan, bukan sudut pandang manusia, seperti yang Yesus katakan. Cobalah untuk melihat apa pun yang menyebabkan anda cemas melalui mata Tuhan saja. Percayalah bahwa, dalam iman, semua bisa dipakai Tuhan untuk kebaikan. Jangan ragu tetapi percayalah dan Tuhan akan mulai menganugerahkan kepada anda banyak kebajikan yang anda butuhkan untuk bergerak maju dengan kedamaian, keberanian, dan kepercayaan diri.

Tuhanku, Engkau menghadapi kejahatan yang Engkau tanggung dengan penuh keberanian dan kasih. Engkau tidak pernah menyerah pada rasa takut tetapi terus maju, memenuhi kehendak Bapa. Beri aku rahmat yang aku butuhkan untuk berbagi dalam kekuatan-Mu untuk mengatasi semua yang menggodaku untuk takut. Aku mencintaimu, Tuhanku. Semoga aku mengandalkanMu untuk semua hal. Yesus, aku percaya pada-Mu.
Amin


Renungan 04 Agustus 2021

komsostidar1