Renungan 26 Juni 2021

Setibanya di rumah Petrus, Yesuspun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam.Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Iapun bangunlah dan melayani Dia.
Matius 8:14-15

Bagaimana kita menanggapi dengan benar tindakan Tuhan dalam hidup kita? Dalam perikop di atas, kita diberikan kesaksian ibu mertua Petrus untuk menjawab pertanyaan itu. Perlu dicatat bahwa Yesus sedang dalam misi penyembuhan yang berkelanjutan. Padahal, sebelum tiba di rumah Petrus, Yesus baru saja menyembuhkan hamba seorang perwira. Ketika perwira itu datang kepada Yesus dan menyatakan bahwa dia bahkan tidak layak untuk membiarkan Dia masuk ke rumahnya, Yesus melihat iman perwira itu dan menyembuhkan hambanya dari kejauhan. Setelah sampai di rumah Petrus, kita diberitahu bahwa banyak orang membawa kepada Yesus orang-orang yang kerasukan setan, dan Yesus menyembuhkan mereka semua. Tetapi di antara penyembuhan seorang hamba dan penyembuhan banyak orang, penyembuhan lain terjadi. Tanggapan terhadap penyembuhan ini menjadi contoh yang luar biasa bagi kita.

Ibu mertua Petrus sakit dan terbaring di tempat tidur karena demam. Tidak jelas seberapa sakitnya dia, tetapi faktanya tetap bahwa dia sakit sampai berada di tempat tidur. Perhatikan, pertama, bahwa Yesus bahkan tidak diminta untuk menyembuhkannya. Sebaliknya, Dia “melihat” dia sakit dan di tempat tidur, mendekatinya atas pilihan-Nya sendiri, “menyentuh tangannya,” dan dia disembuhkan.

Dalam kalimat yang sama yang menggambarkan penyembuhan Yesus, kita diberitahu bahwa “dia bangkit dan menantikan Dia.” Pertama-tama, “dia bangkit.” Ini harus dilihat sebagai penggambaran simbolis tentang apa yang harus kita lakukan ketika kita dijamah oleh kasih karunia. Anugerah Tuhan, ketika diberikan kepada kita, harus memiliki efek menyebabkan kita bangkit. Kita bangkit dari dosa ketika kita mengakui dosa itu dan menerima pengampunan, terutama dalam Sakramen Tobat. Kita bangkit setiap kali Tuhan memasuki hidup kita untuk memberi kita arahan, kejelasan, dan harapan. Bangkit berarti dikuatkan untuk menghilangkan beban yang disebabkan oleh dosa dan kebingungan. Kita bangkit dalam kekuatan, diperbarui dan bertekad untuk melakukan kehendak Tuhan.

Setelah wanita ini bangkit, dia “menunggu” Yesus. Inilah alasan mengapa kita bangkit ketika dijamah oleh kasih karunia. Kita bangkit agar kita dapat melayani Tuhan kita dan kehendak-Nya yang kudus. Dalam arti tertentu, tindakan Yesus dalam hidup kita membebani kita dengan beban suci. Tapi itu adalah beban yang ringan. Adalah kewajiban untuk melayani dan menyerahkan diri kita kepada Tuhan kita untuk memperhatikan Dia, kehendak-Nya yang kudus, dan untuk semua yang Dia panggil untuk kita lakukan.

Renungkan pada tiga tindakan Injil ini. Lihat Yesus mendekati anda dan menyentuh anda dalam doa. Ketahuilah bahwa Dia datang kepada anda bukan hanya karena anda berdoa kepada-Nya tetapi atas inisiatif-Nya sendiri ketika Dia melihat anda akan merespons. Kemudian pertimbangkan tanggapan anda. Bangkitlah dari apa yang membuatmu jatuh. Biarkan kasih karunia Tuhan membebaskan anda dari beban yang anda pikul. Dan saat Dia memberi anda rahmat ini, putuskan untuk menunggu Dia dan melayani kehendak-Nya saja. Pelayanan kepada Tuhan kita adalah tujuan kita diciptakan, dan melakukan hal itu akan memungkinkan kita untuk terus menerima kasih karunia-Nya melalui sentuhan kasih-Nya.

Yesusku yang pengasih, Engkau terus datang kepadaku, mendekatiku untuk menjangkau dan menyentuhku dengan kasih karunia-Mu. Engkau menginginkan kesembuhan dan penguatanku setiap hari. Bantu aku untuk terbuka terhadap semua yang ingin Engkau berikan dan tolong bebaskan aku dari semua yang membuat diriku sedih. Semoga aku bangkit untuk melayaniMu dan kehendak suciMu sehingga KerajaanMu dapat dibangun lebih lengkap melalui diriku. Yesus, aku percaya pada-Mu.
Amin


Renungan 25 Juni 2021

Renungan 27 Juni 2021 – HARI MINGGU BIASA KE XIII

komsostidar1