Sat. Apr 20th, 2024

Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala.Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya.Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.
Matius 26:14-16

Keinginan akan uang dapat menjadi pendorong yang kuat untuk mengkhianati Tuhan kita. Dalam perikop Injil ini, tampak jelas bahwa pengkhianatan Yudas didasarkan pada keinginannya akan uang. Dia kemungkinan besar memiliki tingkat iman tertentu kepada Tuhan kita, atau dia tidak akan menjadi murid-Nya. Tetapi bahkan jika Yudas memang memiliki tingkat iman tertentu, keinginannya akan uang tampaknya menutupi iman yang mungkin dia miliki.

Salah satu pelajaran utama yang dapat kita pelajari dari Yudas adalah bahwa keinginan akan uang merupakan pendorong yang kuat untuk keputusan yang kita buat. Begitu banyak orang suci besar telah mengajari kita bahwa jalan menuju kekudusan terdiri, pertama, dalam pemurnian semua kasih sayang kita yang tidak teratur. Dan karena salah satu keterikatan paling kuat yang dihadapi banyak orang adalah keterikatan pada uang, ini adalah keinginan penting untuk dimurnikan dalam semua kehidupan kita.

Memang benar bahwa harta benda tidak jahat jika digunakan untuk pemenuhan kehendak Tuhan. Tetapi keinginan untuk lebih, untuk kelebihan, akan selalu mengaburkan kemampuan kita untuk melihat dengan jelas kehendak Tuhan dan hidup untuk kemuliaan-Nya saja.

Setelah Yudas mengkhianati Tuhan kita dan Yesus ditangkap, ingatlah bahwa Yudas “sangat menyesali perbuatannya”. Dan selama persidangan Yesus, Yudas kembali ke imam kepala dan berkata “Saya telah berdosa karena mengkhianati darah orang yang tidak bersalah” dalam upaya nyata untuk menghentikan persidangan. Tetapi kematian Yesus digerakkan dan tidak dapat dihentikan. Akibatnya, Yudas mengembalikan uang itu dan dengan sedih pergi gantung diri (lihat Matius 27: 3–5).

Hasrat Yudas akan uang mengaburkan pemikirannya. Dan dosanya mempengaruhi dia seperti yang selalu dilakukan dosa. Segera setelah dosa pengkhianatannya selesai, Yudas melihat konsekuensi dari pilihan itu. Dan konsekuensinya membuat dia sangat sedih. Dia belajar bahwa memilih dosa berakhir dengan janji kosong. Dia menyadari bahwa tiga puluh keping perak tidak sebanding dengan nilai jiwanya. Tapi tentu saja, bahkan saat itu Yudas bisa saja bertobat dan menerima belas kasihan Tuhan. Tapi dia tidak melakukannya. Dia hanya mengakhiri hidupnya dengan sangat putus asa.

Renungkan, hari ini, atas kesaksian Yudas. Gunakan dia sebagai sumber meditasi dan pemeriksaan diri pada Pekan Suci ini. Apa dalam hidup Anda yang Anda inginkan lebih dari pada Tuhan kita? Godaan apa yang mengaburkan pemikiran Anda dan menuntun Anda pada pilihan yang Anda tahu akan berakhir dalam kekosongan? Berusahalah untuk membasmi setiap keinginan yang tidak teratur dalam diri Anda hari ini dan memilih dengan bijak kehendak Tuhan sebagai gantinya. Jangan biarkan diri Anda terus mempercayai kebohongan yang menghalangi Anda menjadikan Yesus dan kehendak-Nya yang kudus menjadi satu-satunya fokus hidup Anda.

Tuhanku, hanya Engkau dan Engkau yang harus menjadi fokus hidupku. Engkau sendiri adalah yang paling berharga dalam hidup. Bantulah saya untuk mencurahkan semua keinginan duniawi dalam hidup agar saya tidak jatuh ke dalam godaan yang mengarah pada janji-janji kosong dan agar saya akan menerima janji-janji yang benar dan terwujud yang datang dari-Mu. Yesus, aku percaya padaMu.
Amin


Renungan 30 Maret 2021 | Renungan 01 April 2021 – KAMIS PUTIH