Bagaimana Proses Memberi Gelar “Orang Kudus” dalam Gereja Katolik

Dalam tradisi Gereja katolik, ada gelar-gelar khusus, yang disematkan kepada orang-orang tertentu yang sudah meninggal.

Sebutan santo (untuk laki-laki) atau santa (untuk perempuan) misalnya, adalah gelar yang diberikan bagi seseorang yang telah meninggal, namun semasa hidupnya banyak melakukan kearifan atau hal-hal yang dikehendaki Tuhan.

Pada tahun ini, tepatnya 4 September mendatang, Vatikan bakal memberikan gelar “orang kudus” bagi Bunda Teresa, yakni seorang biarawati yang telah mendedikasikan dirinya kepada kaum miskin di India.

Bagaimana sebenarnya proses Gereja Katolik memberi gelar “orang kudus” bagi seseorang?

Pertama, langkah awal mulai dilakukan setelah beberapa tahun kematian calon orang kudus tersebut. Hal itu bertujuan untuk memberikan waktu bagi ketenangan jiwa mereka. Selain itu agar memastikan bahwa evaluasi terhadap calon santo atau santa tersebut dapat diselidiki secara obyektif.

Kedua, tahap penyelidikan mengenai calon orang kudus tersebut oleh Gereja. Hal itu bertujuan untuk mengetahui cara hidupnya, apakah menjalani kehidupan dengan kesucian dan kebajikan atau tidak.

Karena itu, berbagai bukti dan kesaksian banyak orang, harus dikumpulkan.

Jika menemukan tantangan serius, uskup bisa membuat surat rekomendasi kepada Paus untuk membuka kasus tersebut.

Pada fase ini, ada satu proses unik yang disebut Declaration Non-Cultus atau pernyataan bahwa tidak ada takhayul atau pemujaan berhala yang ditujukan kepada calon orang kudus tersebut.

Ketiga, melakukan verifikasi terhadap mukjizat agar mencapai tahap beatifikasi, yakni satu mukjizat yang telah berhasil dibuktikan dan diakui Paus. Jika sudah melewati tahap ini, calon Santo atau Santa bakal diberi gelar “Terberkati”.

Keempat, kanonisasi yakni suatu persetujuan bahwa calon orang kudus tersebut diangkat menjadi Santo atau Santa. Tahap ini dilalui setelah adanya mukjizat, biasanya berhubungan dengan pengabulan doa melalui perantaraan mereka yang telah dibeatifikasi.

Bartolomeus Robyvan/Katoliknews

komsostidar1