Minggu Misi 18 Oktober 2020
“Ini Aku, Utuslah Aku!”
(Yes. 6:8)
Misi adalah tanggapan bebas dan sadar atas panggilan Allah. Tetapi kita melihat panggilan ini hanya ketika kita memiliki hubungan cinta personal dengan Yesus yang hadir di dalam Gereja-Nya.
Marilah kita bertanya pada diri kita sendiri: apakah kita siap menyambut kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita, untuk mendengarkan panggilan kepada misi, entah dalam hidup kita sebagai pasangan suami-istri atau sebagai orang yang mempersembahkan diri dalam hidup bakti atau mereka yang dipanggil sebagai pelayan tertahbis, dan dalam semua peristiwa hidup sehari-hari?
Apakah kita bersedia diutus kapan saja atau di manapun untuk memberikan kesaksian iman akan Allah Bapa maharahim, untuk mewartakan Injil keselamatan dalam Yesus Kristus, untuk membagikan hidup ilahi Roh Kudus dengan membangun Gereja?
Apakah kita, seperti Maria, Bunda Yesus, siap sedia sepenuhnya bagi pelayanan kehendak Allah (bdk. Luk. 1:38)? Keterbukaan batin ini esensial jika kita akan mengatakan pada Allah: “Ini aku, Tuhan, utuslah aku!” (bdk. Yes. 6:8). Dan ini, bukan dalam abstraksi, tetapi dalam bab hidup Gereja dan sejarah ini.
Memahami apa yang disampaikan Allah kepada kita pada masa pandemi ini juga menunjukkan tantangan bagi misi Gereja.
Keadaan sakit, penderitaan, ketakutan dan isolasi menantang kita. Kemiskinan mereka yang meninggal dalam kesendirian, yang tertelantarkan, mereka yang telah kehilangan pekerjaan dan pendapatan, yang tanpa tempat tinggal dan mereka yang kekurangan makanan menantang kita.
Dipaksa untuk menjalankan sosial distancing dan untuk tinggal di rumah mengundang kita untuk menemukan kembali bahwa kita membutuhkan hubungan sosial seperti juga hubungan bersama kita dengan Tuhan. Jauh dari meningkatnya ketidakpercayaan dan ketidakpedulian, situasi ini hendaknya membuat kita lebih memberi perhatian pada cara kita berelasi dengan orang lain. Dan doa, di mana Allah menjamah dan menggerakkan hati kita, hendaknya membuat kita lebih terbuka pada kebutuhan saudara dan saudari kita untuk keluhuran martabat dan kebebasan, dan juga tanggung jawab kita terhadap pemeliharaan keutuhan ciptaan.
Ketidakmungkinan berkumpul sebagai Gereja untuk merayakan Ekaristi telah mengantar kita untuk membagikan pengalaman banyak komunitas Kristen yang tidak dapat merayakan Misa setiap hari Minggu.
Dalam semua hal ini, pertanyaan Allah: “Siapa yang hendak Kuutus?” ditujukan sekali lagi kepada kita dan menunggu jawaban yang murah hati dan meyakinkan: “Ini aku, utuslah aku!” (Yes. 6:8).
Allah terus mencari siapa saja yang bersedia Ia utus ke dalam dunia dan kepada bangsa-bangsa untuk memberi kesaksian akan cinta-Nya, pelepasan-Nya dari dosa dan kematian, serta pembebasan-Nya dari yang jahat (bdk. Mat. 9:35-38; Luk. 10:1-12).
- PESAN BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS DI HARI MINGGU MISI SEDUNIA KE-94 –