Renungan Harian Katolik 12 Juli 2022

renungan harian katolik

Renungan Harian Katolik, Selasa 12 Juli 2022
Hari Selasa Minggu Biasa XV

Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.
Matius 11:20-21

Betapa suatu tindakan belas kasihan dan kasih di pihak Yesus! Dia menegur orang-orang di kota Chorazin dan Betsaida karena Dia mengasihi mereka dan Dia melihat bahwa mereka terus mempertahankan hidup mereka yang penuh dosa meskipun Dia telah membawakan mereka Injil dan melakukan banyak perbuatan besar.

Mereka tetap keras kepala, terjebak, bingung, tidak mau bertobat, dan tidak mau mengubah hidup mereka. Dalam konteks ini, Yesus menawarkan bentuk belas kasihan yang luar biasa. Dia menghukum mereka! Setelah perikop di atas Dia melanjutkan dengan mengatakan, “Aku berkata kepadamu, itu akan lebih dapat ditoleransi untuk Tirus dan Sidon pada hari penghakiman daripada untukmu.”

Ada perbedaan luar biasa di sini yang seharusnya membantu kita mendengar apa yang mungkin Tuhan katakan kepada kita pada waktu-waktu tertentu, serta membantu kita mengetahui bagaimana menghadapi orang-orang di sekitar kita yang terbiasa berbuat dosa dan menyebabkan luka dalam hidup kita atau kehidupan orang lain. Perbedaannya berkaitan dengan motivasi Yesus untuk menghukum orang-orang Chorazin dan Betsaida. Mengapa Dia melakukan itu? Dan apa motivasi di balik tindakan-Nya?

Yesus menghajar mereka karena kasih dan karena keinginan agar mereka berubah. Mereka tidak segera bertobat dari dosa mereka ketika Dia menawarkan undangan dan kesaksian yang kuat tentang mukjizat-Nya, jadi Dia perlu membawa segala sesuatunya ke tingkat yang baru. Dan level baru ini merupakan teguran yang kuat dan jelas dari cinta.

Tindakan Yesus ini pada mulanya dapat dianggap sebagai luapan emosi kemarahan. Tapi itulah perbedaan utama. Yesus tidak menegur mereka dengan keras karena Dia kehilangan kendali. Sebaliknya, Dia menegur mereka karena mereka membutuhkan teguran itu untuk berubah.

Kebenaran yang sama dapat diterapkan pada kehidupan kita. Kadang-kadang kita mengubah hidup kita dan mengatasi dosa sebagai akibat dari undangan lembut Yesus kepada kasih karunia. Tetapi, di lain waktu, ketika dosa itu dalam, kita membutuhkan teguran yang kudus. Dalam hal ini kita harus mendengar kata-kata Yesus ini seolah-olah itu ditujukan kepada kita. Ini mungkin tindakan belas kasih khusus yang kita butuhkan dalam hidup kita.

Ini juga memberi kita wawasan besar tentang bagaimana kita berurusan dengan orang lain. Orang tua, misalnya, bisa belajar banyak dari ini. Anak-anak secara teratur akan tersesat dalam berbagai cara dan akan membutuhkan koreksi. Memang tepat untuk memulai dengan undangan dan percakapan yang lembut yang ditujukan untuk membantu mereka membuat pilihan yang tepat. Namun, terkadang ini tidak akan berhasil dan tindakan yang lebih drastis perlu dilakukan. Apa saja “langkah-langkah yang lebih drastis?” Kemarahan yang tidak terkendali dan teriakan dendam bukanlah jawabannya. Sebaliknya, murka suci yang berasal dari belas kasihan dan cinta mungkin menjadi kuncinya. Ini mungkin datang dalam bentuk hukuman yang keras. Atau, itu mungkin datang dalam bentuk meletakkan kebenaran dan dengan jelas menyajikan konsekuensi dari tindakan tertentu. Ingatlah bahwa bahkan ini adalah kasih dan merupakan tiruan dari tindakan Yesus. Inilah yang biasa kita sebut sebagai “cinta yang keras”.

Renungkan, hari ini, apakah kita membutuhkan teguran dari Yesus atau tidak. Jika kita membutuhkannya, biarkan Injil kasih ini meresap. Renungkan juga tanggung jawab kita dalam mengoreksi kesalahan orang lain. Jangan takut untuk melakukan tindakan kasih Ilahi yang datang dalam bentuk hukuman yang jelas. Ini mungkin saja kunci untuk membantu mereka yang kita kasihi untuk lebih mengasihi Tuhan.

Tuhanku, bantu aku untuk bertobat setiap hari dari dosaku. Bantulah diriku untuk menjadi alat pertobatan orang lain. Semoga aku selalu menerima firman-Mu dalam cinta dan mempersembahkannya dalam bentuk cinta yang paling mujarab. Yesus, aku percaya pada-Mu.
Amin


Renungan Harian Katolik 11 Juli 2022

Renungan Harian Katolik 13 Juli 2022


DATA MONITORING COVID-19 UMAT PAROKI ST ANDREAS TIDAR, MALANG

Silahkan mengisi Form di link ini untuk mendata umat terpapar covid
https://forms.gle/A2ZcCBSzMR9bi7aE7

komsostidar1