Ber-Ekaristi — Belajar Menangkap dan Menyesuaikan Diri dengan Gelombang dan Sinyal Tuhan.

BER-EKARISTI:

Belajar Menangkap dan Menyesuaikan Diri dengan Gelombang dan Sinyal Tuhan.

Oleh : Robertus Moses

            Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup umat kristiani. Dalam Ekaristi, setiap orang diundang untuk menimba rahmat dan berkat yang disediakan Allah secara cuma-cuma. Melalui Sabda serta Tubuh dan Darah-Nya, Yesus hadir menyediakan diri-Nya sebagai Santapan Rohani yang memberi daya kekuatan iman dan kesaksian kepada seluruh umat beriman. Inilah berkat dan rahmat Cuma-Cuma yang dianugerahkan Allah kepada umat-Nya. Ekaristi memiliki peran yang sangat krusial dalam proses pertumbuhan iman umat Katolik. Ekaristi tidak hanya merupakan sebuah undangan untuk mendengarkan sabda dan menyantap santapan rohani Tubuh dan Darah Kristus, tetapi juga merupakan sebuah tugas perutusan bagi setiap orang untuk menjadi saksi kristus di tengah-tengah dunia. Dalam menghayati tugas perutusan di tengah dunia, Ekaristi dapat menjadi salah satu sumber daya kekuatan kita untuk tetap setia bertahan dalam situasi sulit. Namun demikian, tidak jarang juga ada orang-orang tertentu yang merasa bahwa Ekaristi yang dia ikuti tidak memberikan daya apa-apa untuk hidup dan karyanya. Ikut Ekaristi atau tidak sama saja, tidak ada dampak yang dirasakan. Kalau demikian, mengapa harus bertekun dalam ber-ekaristi? Bagaimana kita menjawab dan melihat pengalaman seperti ini?

Ekaristi Bukan untuk Memenuhi Keinginan dan Harapan Pribadi.

            Tidak jarang kita memahami Ekaristi sebagai sarana untuk mendapatkan kepuasan atas keinginan dan harapan manusiawi kita. Dalam doa-doa yang kita panjatkan, kita berharap sapaan Tuhan menyentuh hati dan pikiran kita untuk mewujudkan harapan dan kerinduan kita. Bahayanya, kalau apa yang kita harapkan dan inginkan dalam Perayaan Ekaristi yang kita ikuti itu tidak terpenuhi, maka kita merasa Ekaristi tidak mendatangkan daya dan kekuatan bagi kita. Tuhan tidak memberkati kita. Tuhan tidak mejawab doa-doa kita. Ekaristi hanya sekedar rutinitas belaka, sama saja dengan aktivitas kebanyanakan lainnya.

            Kita memang perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum mengikuti Perayaan ekaristi, tetapi tidak juga berarti menyiapkan daftar panjang harapan dan niat pribadi yang mesti terpenuhi dan terbakbulkan. Tidak! Kita tidak sedang menjumpai paranormal atau dukun. Kita menjumpai Tuhan. Dia yang memiliki kita sepenuhnya dan mempunyai hak untuk membentuk dan mengatur hidup kita. Bila kita datang dengan membawa daftar panjang harapan dan keinginan pribadi kita, dapat dipastikan bahwa kita akan kecewa, karena Tuhan tidak bisa kita atur seperti yang kita inginkan. Tetapi itu tidak berarti Tuhan tidak memberkati kita. Tuhan akan selalu mebguatkan kita. Dia menjawab doa-doa kita pada waktu-Nya dan dengan cara-Nya. Doa tidak pernah sia-sia, apalagi gagal.

Ekaristi: Belajar Menangkap dan Menyesuaikan Diri dengan Gelombang dan Sinyal Tuhan.

            Ekaristi adalah undangan dan tawaran dari Allah. Kita hadir dalam perayaan ekaristi dalam rangka menanggapi undangan Allah. Kita diundang untuk turut serta dalam Perjamuan Surgawi. Tetapi undangan dan tawaran ini bukanlah sebuah paksaan. Setiap orang mempunyai hak untuk menerima atau menolaknya. Undangan ini juga tidak ditujukan kepada kalangan tertentu saja, tetapi kepada semua pribadi yang memiliki keterbukaan dan kerendahan hati untuk mendengarkan dan melaksanakan sabda dan tugas perutusan dari Tuhan.

            Menanggapi undangan Tuhan dalam Perayaan Ekaristi seperti halnya para murid menerima panggilan Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-Nya. Para Rasul yang menyertai Tuhan Yesus selama masa pelayanan-Nya di depan publik datang dari berbagai latar belakang sosial, budaya, dan profesi. Tidak mudah untuk menyatukan visi-misi mereka. Ketika mereka memutuskan untuk mengikuti Yesus, mereka juga memiliki harapan dan keinginan pribadi. Tetapi justru hal itulah yang membuat mereka gagal. Maka, dalam perjalanan waktu, Yesus mengajarkan Para Rasul-Nya ini untuk melepaskan segala ambisi dan egoisme, harapan dan keinginan manusiawi mereka, lalu belajar menangkap dan menyesuaikan diri mereka sepenuhnya dengan Gelombang dan Sinyal Tuhan Yesus sendiri. Setelah mereka berhasil menangkap gelombang dan sinyal Tuhan Yesus, mereka pun menjadi satu frekuensi dengan Tuhan Yesus. Segala tindakan dan tutur kata mereka dalam tugas pewartaan, menampilkan Yesus Kristus sepenuhnya. Inilah yang memberikan daya kekuatan iman, pengharapan, dan cinta kasih kepada para rasul dalam tugas pewartaan mereka. Ketakutan dan keragu-raguan tidak lagi menguasi mereka sedikitpun. Mereka menjadi pewarta ulung dan handal. Buahnya kita rasakan hingga saat ini.

            Gelombang dan Sinyal Tuhan Yesus tidak pernah berkurang, apalagi menghilang atau mati. Kita hanya perlu memperkuat penangkap gelombang dan sinyal kita, yakni hati kita, agar kita juga mampu menagkap dan menyesuaikan diri dengan gelombang dan sinyal Tuhan Yesus. Setelah kita berhasil menangkap dan menyesuaikan diri dengan gelombang dan sinyal Tuhan Yesus, kita pun juga akan menjadi satu frekuensi dengan Dia.

            Begitu pula seharusnya yang terjadi dalam diri kita ketika mengikuti Perayaan Ekaristi. Ekaristi bukanlah kesempatan untuk meminta Tuhan memenuhi semua harapan dan keinginan pribadi kita, melainkan kesempatan yang paling baik bagi kita untuk belajar menangkap dan menyesuaikan diri dengan gelombang dan sinyal Tuhan. Karena itu, hal yang penting untuk kita siapkan adalah hati kita. Hati yang terbuka untuk menerima rahmat Tuhan, sehingga Ekaristi sungguh-sungguh memberikan daya kekuatan iman, pengharapan, dan cinta kasih kita. Bila hal ini yang terjadi maka tidak ada lagi perkataan seperti: “Kotbah Romonya panjang dan gak jelas ya…”, “Romonya gak enak dan gak asyik, terlalu seriussss..”, atau “Misanya panjang dan membosankan…”, dan masih banyak lagi.

            Mari kita Ber-Ekaristi sebagai kesempatan untuk bertanya: “Tuhan, mau apakah Engkau dariku? Ini aku, ini hatiku, aku siap menerima rahmat dan berkat-Mu melalui Sabda dan Tubuh-Darah-Mu”. Kita belajar menangkap kehendak Tuhan dalam perayaan Ekaristi, dan menyesuaikan tindak tanduk kita dengan kehendak Tuhan tersebut. Dengan sikap seperti itu, tugas perutusan kita pun akan semakin berdaya bagi banyak orang. Kekuatan yang dari Tuhan akan menyertai dan menguatkan kita senantiasa, juga dalam situasi yang sulit dan berat.

komsostidar1