Renungan 12 Juli 2021

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
Matius 10:37-38

Pada awalnya dibaca, ini tampaknya merupakan ajaran yang sulit dari Tuhan kita. Tetapi ketika dipahami dengan benar, jelas bahwa itu membantu kita menjaga hubungan kita dengan Tuhan dan dengan keluarga kita tertata dengan baik dalam kasih dan kebenaran. Mengikuti perintah ini tidak akan pernah mengakibatkan kurangnya cinta untuk keluarga; sebaliknya, itu akan membantu kita untuk mengasihi hanya dengan hati Kristus.

Apa yang dituntut oleh ajaran Yesus ini dari kita? Sederhananya, jika seorang anggota keluarga, atau siapa pun, memaksakan harapan pada kita yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, maka kita harus memilih kehendak Tuhan di atas harapan lainnya. Untuk memahami hal ini dengan lebih jelas, pikirkan tentang bagaimana seseorang dapat memilih untuk mencintai “ayah atau ibu” atau “putra atau putri” lebih daripada Tuhan. Katakanlah, misalnya, bahwa seorang anak memilih untuk tersesat dalam kehidupan moral atau iman mereka, dan mereka ingin orang tua mereka mendukung mereka dalam dosa mereka. Tetapi orang tua tetap teguh dalam keyakinan moral mereka dan, karena cinta, tidak memberikan dukungan untuk gaya hidup tidak bermoral yang dipilih anak mereka. Ini akan menjadi sangat sulit bagi orang tua jika anak menjadi marah dan mengkritik orang tua, dengan klaim bahwa orang tua menghakimi dan kurang kasih. Apa yang sebenarnya diminta oleh anak itu adalah “Ibu dan ayah, kamu harus mencintaiku lebih dari Tuhan dan hukum-hukum-Nya.” Dan jika orang tua tidak mendukung gaya hidup sesat anak mereka, hubungan itu mungkin akan sangat terluka. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa Yesus mengikuti perintah ini dengan mengatakan, “dan barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Kasih selalu melibatkan Salib. Kadang-kadang, itu adalah salib pengorbanan diri pribadi dan pemberian diri. Dan di lain waktu, itu adalah salib di mana cinta kita disalahpahami, dan kita dianggap “tidak mencintai” oleh orang-orang yang paling kita cintai. Ketika orang tua benar-benar mencintai anak mereka, mereka akan memperhatikan keselamatan abadi dan kehidupan moral anak mereka, dan mereka tidak akan memilih “persahabatan” dengan anak mereka daripada kebenaran.

Tentu saja kebenaran yang sama ini berlaku untuk setiap hubungan yang akan kita miliki dan bahkan untuk “hubungan” kita dengan masyarakat secara keseluruhan. Semakin banyak orang yang menuntut kita semua untuk mendukung mereka dalam perilaku yang secara objektif tidak teratur dan bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Jika kita memilih untuk “mencintai” orang lain lebih dari Tuhan dan kehendak suci-Nya, artinya, jika prioritas pertama kita adalah membuat orang “merasa” didukung dalam keputusan yang tidak bermoral dan membingungkan yang mereka buat, maka kita sebenarnya tidak mencintai mereka sama sekali. Sebaliknya, kita memprioritaskan dosa mereka di atas kebenaran yang sangat perlu mereka ketahui untuk dibebaskan dan masuk ke dalam hubungan cinta sejati dengan Tuhan segala Kebenaran.

Renungkan, hari ini, pada cinta sejati. Cinta hanyalah cinta sejati jika didasarkan dan berpusat pada Tuhan dan setiap hukum moral yang telah Dia tetapkan. Renungkan hubungan anda sendiri, terutama dengan keluarga dan orang-orang terdekat anda. Apakah anda mengasihi mereka dengan kasih Tuhan yang murni? Apakah cinta anda tetap berakar kuat dalam kehendak Tuhan? Atau apakah anda, kadang-kadang, memilih untuk mengkompromikan kebenaran iman dan moralitas untuk memenuhi harapan orang lain yang salah arah. Kebaikan, kelembutan dan kasih sayang harus selalu ada. Tetapi kebenaran moral juga harus hadir dan harus menjadi dasar dari setiap kebajikan yang kita lakukan dalam hubungan kita dengan semua orang. Jangan takut untuk mencintai orang lain secara eksklusif dengan pikiran dan hati Tuhan. Melakukannya adalah satu-satunya cara untuk memiliki cinta sejati untuk semua orang dalam hidup anda untuk membantu menyelamatkan jiwa mereka.

Tuhan Yang Penuh Cinta, Engkau memanggil semua orang untuk mencintai-Mu dengan segenap pikiran, hati, jiwa, dan kekuatan mereka. Engkau memanggil kami semua untuk mematuhi setiap kebenaran yang telah Engkau ucapkan. Beri aku keberanian dan cinta yang aku butuhkan untuk tidak hanya mencintai-Mu di atas segalanya, tetapi juga mencintai orang lain dengan cinta-Mu saja. Bantu aku untuk memeluk Salib-Mu ketika ini sulit sehingga aku akan menjadi alat yang lebih baik dari kasih yang Engkau miliki untuk semua. Yesus, aku percaya pada-Mu.
Amin


Renungan 11 Juli 2021 – HARI MINGGU BIASA KE XV

komsostidar1