Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!
Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
Matius 12:48-50
Pertanyaan-pertanyaan tentang Yesus ini diajukan oleh-Nya kepada sekelompok orang yang berada di dalam rumah tempat Dia mengajar. Ibu dan saudara-saudaranya tiba di luar meminta untuk berbicara dengan-Nya. Pertama-tama, perlu dicatat bahwa kata “saudara” dalam bahasa Ibrani kuno, bahasa Aram dan bahasa lainnya tidak selalu berarti saudara kandung. Kata yang sama digunakan untuk merujuk kepada siapa pun dalam keluarga besar yang sama, seperti sepupu. Oleh karena itu, jelas bahwa ibu Yesus dan beberapa kerabat laki-laki lainnya datang untuk melihat-Nya.
Yesus menggunakan kesempatan itu untuk terus mengajar orang banyak tentang keluarga Allah. Dia dengan jelas menyatakan bahwa kita menjadi anggota keluarga-Nya hanya dengan mematuhi kehendak Bapa di Surga. Jadi, definisi Yesus tentang keluarga melebihi hubungan darah untuk memasukkan setiap orang yang secara rohani dipersatukan dengan Dia melalui kesatuan kehendak mereka dengan kehendak Bapa.
Salah satu alasan mengapa hal ini sangat membantu untuk dipahami adalah karena hal ini mengungkapkan kepada kita identitas kita. Tuhan ingin kita menjadi milikNya. Dia ingin kita memahami untuk siapa kita dipanggil. Kita dipanggil untuk menjadi anak-anak Bapa, saudara dan saudari Kristus, dan bahkan ibu dan ayah Tuhan kita dalam pengertian rohani. Kita menjadi ibu dan ayah-Nya dalam arti bahwa kita membawa Dia ke dunia ini melalui kepatuhan kita pada kehendak Bapa.
Anak-anak, sejak usia dini, ingin memiliki. Mereka ingin teman, mereka ingin dimasukkan, mereka ingin memiliki hubungan dengan orang lain. Hasrat bawaan ini ditempatkan di dalam diri kita sejak saat penciptaan kita dan merupakan inti dari siapa kita. Dan keinginan itu hanya dapat dipenuhi sepenuhnya melalui keanggotaan rohani kita di dalam keluarga Allah.
Pikirkan, sejenak, tentang keinginan anda sendiri untuk berteman. Seringkali ketika dua orang adalah teman terdekat, mereka menyebut satu sama lain sebagai saudara laki-laki atau perempuan. Ikatan persahabatan sangat memuaskan karena untuk itulah kita diciptakan. Tetapi persahabatan sejati, ikatan keluarga spiritual sejati, hanya terpenuhi dalam bentuk yang paling murni ketika itu adalah hubungan yang dihasilkan dari kesatuan kita dengan kehendak Bapa. Ketika Anda dipersatukan dengan kehendak Bapa dan ketika orang lain juga dipersatukan dengan kehendak Bapa, maka ini menciptakan ikatan keluarga yang terpenuhi pada tingkat yang paling dalam. Dan ikatan itu tidak hanya menyatukan kita dengan orang Kristen lainnya, tetapi juga secara mendalam menyatukan kita dengan Yesus, seperti yang Dia sebutkan dalam perikop Injil ini.
Renungkan, hari ini, atas kata-kata Yesus ini seolah-olah itu adalah suatu bentuk undangan yang diberikan kepada anda. Dia mengundang anda ke dalam keluarga-Nya. Dia ingin anda menjadi milik anda. Dia ingin anda mengambil identitas anda di dalam Dia. Ketika anda berusaha untuk masuk ke dalam kepatuhan penuh pada kehendak Bapa, pertimbangkan juga pengaruhnya terhadap hubungan anda dengan orang lain yang juga berusaha untuk menjalankan kehendak Bapa. Bergembiralah dalam ikatan yang diciptakan oleh kepatuhan timbal balik anda kepada Tuhan dan nikmati ikatan itu dengan banyak rasa syukur.
Tuhanku yang pengasih, Engkau telah membentuk keluarga manusia untuk persatuan dan cinta. Engkau mengundang semua orang untuk berbagi dalam keluargaMu dalam kasih. Aku menerima undangan suciMu, Tuhan terkasih, dan berjanji kepatuhan sepenuh hatiku pada kehendak Bapa di Surga. Saat aku melakukannya, aku bersukacita atas imbalan dari hubungan yang mendalam dengan-Mu dan dengan semua orang yang bersatu dengan-Mu. Yesus, aku percaya pada-Mu.
Amin