
Renungan Harian Katolik 22 Desember 2022
Hari Kamis Minggu Adven IV
Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
Lukas 1:46-47
Ada pertanyaan kuno yang menanyakan, “Mana yang lebih dulu, ayam atau telur?” Yah, mungkin pertanyaan itu hanya Tuhan yang tahu jawaban bagaimana Dia menciptakan dunia dan semua makhluk di dalamnya.
Hari ini, baris pertama dari lagu pujian agung Bunda Maria, Magnificat, mengajukan pertanyaan lain kepada kita. “Mana yang lebih dulu, memuji Tuhan atau bersukacita di dalam Dia?” Mungkin Anda belum pernah bertanya pada diri sendiri pertanyaan itu, tetapi ada baiknya merenungkan baik pertanyaan maupun jawabannya.
Baris pertama dari lagu pujian Maria ini mengidentifikasi dua tindakan yang terjadi dalam dirinya. Dia “memproklamirkan” dan dia “bersukacita”. Pikirkan tentang dua pengalaman batin itu.
Pertanyaannya dapat diungkapkan dengan lebih baik seperti ini: Apakah Maria mewartakan kebesaran Allah karena dia pertama kali dipenuhi dengan sukacita? Atau apakah dia dipenuhi dengan sukacita karena dia pertama kali memproklamirkan kebesaran Tuhan? Mungkin jawabannya salah satu dari keduanya, tetapi urutan baris ini dalam Kitab Suci menyiratkan bahwa dia pertama kali mewartakan dan sebagai hasilnya dipenuhi dengan sukacita.
Ini bukan hanya refleksi filosofis atau teoretis; sebaliknya, ini sangat praktis yang menawarkan wawasan penting ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Seringkali dalam hidup kita menunggu untuk “diilhami” oleh Tuhan sebelum kita berterima kasih dan memuji Dia. Kita menunggu sampai Tuhan menyentuh kita, memenuhi kita dengan pengalaman yang menyenangkan, menjawab doa kita dan kemudian kita menanggapinya dengan rasa syukur. Ini bagus. Tapi kenapa menunggu? Mengapa menunggu untuk mewartakan kebesaran Tuhan?
Haruskah kita mewartakan kebesaran Tuhan ketika keadaan sulit dalam hidup? Ya. Haruskah kita memberitakan kebesaran Tuhan ketika kita tidak merasakan kehadiran-Nya dalam hidup kita? Ya. Haruskah kita menyatakan kebesaran Tuhan bahkan ketika kita menghadapi salib terberat dalam hidup? Pasti ya.
Memproklamasikan kebesaran Tuhan tidak hanya harus dilakukan setelah inspirasi yang kuat atau jawaban atas doa. Seharusnya tidak hanya dilakukan setelah kita mengalami kedekatan dengan Tuhan. Mewartakan kebesaran Tuhan adalah kewajiban cinta dan harus selalu dilakukan, setiap hari, dalam setiap keadaan, apapun yang terjadi. Kita menyatakan kebesaran Tuhan terutama karena Siapa Dia. Dia adalah Tuhan. Dan Dia layak atas semua pujian kita.
Menariknya, bagaimanapun, pilihan untuk mewartakan kebesaran Tuhan, baik di saat senang maupun di saat sulit, seringkali juga berujung pada pengalaman sukacita. Tampaknya jiwa Maria bergembira di dalam Tuhan Juruselamatnya terutama karena dia pertama kali menyatakan kebesaran-Nya. Sukacita datang dari pertama-tama melayani Tuhan, mencintai-Nya dan memberi-Nya kehormatan yang sesuai dengan nama-Nya.
Renungkan, hari ini, pada proses dari mewartakan dan bersukacita. Pewartaan harus selalu didahulukan, sekalipun kita merasa seolah-olah tidak ada yang perlu dibanggakan. Tetapi jika Anda dapat berkomitmen pada pewartaan tentang kebesaran Tuhan, Anda akan tiba-tiba menemukan bahwa Anda telah menemukan penyebab terdalam dari sukacita dalam hidup: Tuhan itu sendiri.
Ibu tersayang, engkau memilih untuk mewartakan kebesaran Tuhan. Engkau mengakui tindakan mulia-Nya dalam hidupmu dan di dunia, dan ungkapan hatimu akan kebenaran ini memenuhi engkau dengan sukacita. Doakan aku agar diriku juga berusaha untuk memuliakan Tuhan setiap hari, tidak peduli tantangan atau berkat apa yang aku terima. Semoga aku meniru engkau, Ibu terkasih, dan berbagi juga dalam kegembiraanmu yang sempurna. Bunda Maria, doakanlah aku. Yesus, aku percaya pada-Mu.
Amin
Renungan Harian Katolik 21 Desember 2022
Renungan Harian Katolik 23 Desember 2022
DATA MONITORING COVID-19 UMAT PAROKI ST ANDREAS TIDAR, MALANG
Silahkan mengisi Form di link ini untuk mendata umat terpapar covid
https://forms.gle/A2ZcCBSzMR9bi7aE7