Santo Yusuf dalam Surat Apostolik Patris Corde (3)

Santo Yusuf dalam Surat Apostolik Patris Corde (3)
Peringatan 150 Tahun Pemakluman Santo Yusuf sebagai Pelindung Gereja Semesta

  1. Seorang bapak yang taat

Seperti apa yang Allah kerjakan kepada Maria, ketika Dia mewujudkan rencana keselamatan-Nya kepadanya, demikian juga dia mewahyukan rencana-Nya kepada Yusuf; dan dia melakukannya melalui mimpi, yang di dalam Alkitab, seperti di antara semua bangsa kuno, dipandang sebagai salah satu sarana yang digunakan Allah untuk menyatakan kehendakNya. [13]

Yusuf sangat risau oleh kehamilan Maria yang tidak dapat dipahami: dia tidak ingin “mencemarkan nama isterinya di muka umum,” [14] tetapi memutuskan untuk “menceraikannya dengan diam-diam” (Mat 1:19).

Dalam mimpi pertama, malaikat membantunya memecahkan dilema beratnya: “janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat 1:20-21).

Yusuf segera menanggapi: “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya” (Mat 1:24). Ketaatan memungkinkannya untuk mengatasi kesulitannya dan menyelamatkan Maria.

Dalam mimpinya yang kedua, malaikat berkata kepada Yosef: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia” (Mat 2:13). Yusuf tidak ragu untuk menaatinya, tanpa bertanyatanya tentang kesulitan yang akan dihadapinya: “Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati” (Mat 2:14-15).

Di Mesir Yusuf dengan kepercayaan dan kesabaran menanti pemberitahuan yang dijanjikan oleh malaikat untuk kembali ke negaranya. Segera setelah utusan ilahi, dalam mimpi ketiga, memberitahunya bahwa mereka yang mencoba membunuh Anak itu sudah mati, dan memerintahkannya untuk bangun, membawa Anak itu dan ibu-Nya bersamanya dan kembali ke tanah Israel (bdk. Mat 2:19-20), ia sekali lagi menaati tanpa ragu-ragu: “Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel” (Mat 2:21).

Tapi dalam perjalanan pulang, “setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi” – dan ini adalah yang keempat kalinya terjadi – “pergilah Yusuf ke daerah Galilea… di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret” (Mat 2:22-23).

Penginjil Lukas, pada bagiannya, mengisahkan bahwa Yusuf menghadapi perjalanan panjang dan tidak nyaman dari Nazaret ke Betlehem untuk didaftarkan di kota asalnya sesuai hukum Kaisar Caesar Augustus yang berkaitan dengan sensus. Dan justru dalam keadaan inilah Yesus lahir (bdk 2: 1-7), dan kelahiran-Nya didaftarkan dalam daftar Kekaisaran, seperti semua anak lainnya. Santo Lukas khususnya tertarik untuk menunjukkan bahwa orangtua Yesus mematuhi semua ketentuan hukum: upacara sunat Yesus, pemurnian Maria setelah melahirkan, persembahan Anak pertama kepada Allah (bdk. 2:21-24).[15]

Di setiap keadaan, Yusuf menyatakan “fiat”nya sendiri, seperti fiat Maria pada Kabar Sukacita dan Yesus di Taman Getsemani.

Yusuf, dalam perannya sebagai kepala keluarga, mengajar Yesus untuk patuh kepada orang tua-Nya (bdk. Luk 2:51), seturut perintah Allah (bdk. Kel 20:12).

Dalam persembunyian di Nazaret, di sekolah Yusuf, Yesus belajar melakukan kehendak Bapa. Kehendak itu menjadi makanan-Nya sehari-hari (bdk. Yoh 4:34). Bahkan pada saat paling sulit dalam hidup-Nya, yang dialami di Getsemani, Ia lebih suka melakukan kehendak Bapa dan bukan kehendak-Nya sendiri [16], dan menjadi “taat sampai mati […] bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp 2:8). Untuk ini, penulis Surat kepada Orang-orang Ibrani menyimpulkan bahwa Yesus “belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya” (5:8).

Dari semua peristiwa ini tampaklah bahwa Yusuf “dipanggil oleh Allah untuk secara langsung melayani pribadi dan misi Yesus melalui pelaksanaan peran kebapaannya,” justru dengan cara ini, “ia bekerjasama dalam kepenuhan waktu dalam misteri agung keselamatan dan sungguh menjadi pelayan keselamatan.” [17]

🙏🏼🙏🏼🙏🏼

komsostidar1