Santo Yusuf dalam Surat Apostolik Patris Corde (6)
Peringatan 150 Tahun Pemakluman Santo Yusuf sebagai Pelindung Gereja Semesta
- Seorang bapak yang bekerja
Suatu aspek yang menjadi ciri khas Santo Yusuf dan yang telah disoroti sejak zaman ensiklik sosial pertama dari Paus Leo XIII, Rerum Novarum, adalah kaitannya dengan pekerjaan.
Santo Yusuf adalah seorang tukang kayu yang bekerja dengan jujur untuk menghidupi keluarganya. Dari dia, Yesus belajar tentang nilai, martabat dan kegembiraan apa artinya makan roti yang merupakan hasil usahanya sendiri.
Di zaman kita di mana pekerjaan tampak telah kembali menunjukkan isu sosial penting dan pengangguran kadang mencapai tingkat luar biasa, bahkan di negara-negara yang telah mengalami kesejahteraan tertentu selama berabad-abad, dengan kesadaran yang dibarui perlulah memahami makna kerja yang memberi martabat dan yang dengannya Santo Yusuf menjadi pelindung yang patut diteladani.
Kerja merupakan partisipasi dalam karya keselamatan, suatu peluang untuk mempercepat datangnya Kerajaan, untuk meningkatkan potensi dan kualitas seseorang, dengan menempatkannya pada pelayanan masyarakat dan komunitas.
Pekerjaan menjadi peluang bukan hanya untuk realisasi diri sendiri, melainkan terutama untuk realisasi sel inti masyarakat, yakni keluarga. Suatu keluarga yang tidak memiliki pekerjaan lebih rentan terhadap kesulitan, ketegangan, perpecahan dan bahkan kepada godaan putus asa dan keputusasaan menuju perpecahan.
Bagaimana kita bisa berbicara tentang martabat manusia tanpa melibatkan diri agar setiap orang memiliki peluang untuk memperoleh nafkah hidup yang layak?
Pribadi yang bekerja, apa pun pekerjaannya, bekerjasama dengan Allah sendiri, menjadi pencipta-pencipta kecil dunia di sekeliling kita.
Krisis zaman kita yang bersifat ekonomi, sosial, budaya dan rohani, dapat menunjukkan pada setiap orang suatu seruan untuk menemukan kembali nilai, kepentingan dan kebutuhan kerja untuk membangkitkan suatu “normal” baru, di mana tak seorang pun dikecualikan. Pekerjaan Santo Yusuf mengingatkan kita bahwa Allah sendiri dengan menjadi manusia tidak meremehkan pekerjaan.
Kehilangan pekerjaan yang berdampak pada banyak saudara dan saudari, dan yang telah meningkat baru-baru ini akibat pandemi Covid-19, harus mengingatkan kita untuk meninjau kembali prioritas-prioritas kita. Marilah kita mohon kepada Santo Yusuf Pekerja agar kita menemukan cara-cara untuk berkomitmen mengatakan: tidak ada orang muda, tidak ada pribadi, tidak ada keluarga yang tanpa pekerjaan!
(Sumber Dokpen KWI)