CONGREGATIO DE CULTU DIVINO ET DISCIPLINA SACRAMENTORUMProt. N. 602/20 utk Hari Minggu Sabda Allah

CONGREGATIO DE CULTU DIVINO ET DISCIPLINA SACRAMENTORUM
Prot. N. 602/20


NOTE
UNTUK HARI MINGGU SABDA ALLAH

Hari Minggu Sabda Allah, yang ditetapkan Paus Fransiskus untuk dirayakan setiap tahun pada hari Minggu Biasa Ketiga, akan berlangsung pada tanggal 24 Januari 2021. Dalam catatan yang diterbitkan 17 Desember 2020, Kongregasi Ibadah Ilahi dan Disiplin Sakramen mengembangkan sepuluh poin untuk lebih menyoroti Sabda Tuhan selama perayaan liturgi dan hubungannya dengan liturgi. Berikut terjemahannya, semoga membantu.
Hari Minggu Sabda Tuhan, yang ditetapkan Paus Fransiskus pada hari Minggu Biasa III setiap tahun, [1] mengingatkan kita semua, para imam dan umat beriman, juga akan pentingnya makna dan nilai Kitab Suci bagi kehidupan iman Kristiani, bahwa ada hubungan antara Sabda Allah dan Liturgi: “Sebagai orang kristiani kita merupakan satu bangsa yang berjalan dalam sejarah, kuat berkat kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita. Dia berbicara kepada kita dan memberi kita makan. Hari yang diperuntukkan bagi Alkitab ingin bukan – satu kali setahun‖, namun satu kali untuk seluruh tahun, agar kita merasa sungguh perlu menjadi bersahabat dan intim dengan Kitab Suci dan Dia yang bangkit, yang tidak berhenti membagikan Sabda dan Roti di dalam komunitas umat beriman. Untuk itu kita perlu masuk dalam keyakinan tetap dengan Kitab Suci, jika tidak maka hati akan tetap dingin dan mata tetap tertutup, kita bagaikan terserang begitu banyak bentuk kebutaan.” [2]
Oleh karena itu, Minggu ini adalah kesempatan yang baik untuk membaca ulang dokumen gerejawi tertentu [3] dan terutama Prænotanda dari Ordo Lectionum Missæ, yang menyajikan suatu sintese dari prinsip-prinsip teologis, perayaan dan pastoral tentang Sabda Allah yang dimaklumkan dalam Perayaan Ekaristi, tetapi juga berlaku dalam perayaan liturgi apa pun (sakramen, sakramentalia, brevir/ Ibadat Harian).

  1. Melalui bacaan Kitab Suci yang diwartakan dalam liturgi, Tuhan berbicara kepada umat-Nya dan Kristus sendiri mewartakan Injil-Nya;[4] Kristus adalah pusat dan kepenuhan dari semua Kitab Suci, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.[5] Mendengarkan Injil, yang merupakan puncak dari Liturgi Sabda,[6] ditandai dengan penghormatan khusus,[7] yang diekspresikan tidak hanya dengan gerak tubuh dan aklamasi, tetapi oleh Kitab Injil (Evangeliarium) itu sendiri.[8] Salah satu kemungkinan ritual yang cocok untuk hari Minggu ini adalah prosesi masuk dengan Evangeliarium[9] atau, jika tidak ada prosesi, Evangeliarium sudah ditempatkan di altar.[10]
  2. Urutan bacaan Kitab Suci yang ditetapkan oleh Gereja dalam Lectionary membuka jalan untuk memahami keseluruhan Firman Tuhan.[11] Oleh karena itu, perlu mengikuti bacaan yang ditunjukkan, tanpa mengganti atau menghapusnya, dan menggunakan versi Alkitab yang disetujui untuk penggunaan liturgi.[12] Pewartaan teks Kitab Suci merupakan ikatan persatuan antara semua umat beriman yang mendengarkannya. Memahami struktur dan tujuan liturgi Sabda membantu umat beriman untuk menyambut Sabda Allah yang menyelamatkan.[13]
  3. Diromendasikan untuk menyanyikan Mazmur Tanggapan, yang merupakan tanggapan Gereja dalam doa;[14] oleh karena itu para pemazmur di setiap komunitas harus ditingkatkan.[15]
  4. Dalam homili, dimulai dengan pembacaan Kitab Suci, misteri iman dan norma-norma kehidupan Kristen dijelaskan sepanjang tahun liturgi.[16] “… para Gembala memiliki tanggungjawab besar untuk menjelaskan dan mengijinkan kepada semua untuk memahami Kitab Suci. Karena Kitab Suci adalah kitab umat, maka mereka yang memiliki panggilan menjadi pelayan Sabda harus merasakan kemendesakan yang besar untuk menjadikannya bisa diakses oleh komunitas.”[17] Para uskup, imam, dan diakon harus mengembangkan komitmen untuk menyelesaikan pelayanan ini dengan dedikasi khusus, dengan memanfaatkan sarana yang ditawarkan oleh Gereja.[18]
  5. Keheningan (saat hening) adalah sesuatu yang sangat penting: mendorong meditasi, dan memungkinkan Sabda Tuhan diterima secara batin oleh mereka yang mendengarkannya.[19]
  6. Gereja selalu memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang mewartakan Sabda Allah di hadapan umat beriman: para imam, diakon dan lektor. Pelayanan ini membutuhkan persiapan khusus, baik secara batiniah maupun secara lahiriah, keakraban dengan teks yang akan diberitakan dan latihan yang diperlukan untuk memproklamasikannya dengan jelas, menghindari improvisasi apapun.[20] Dimungkinkan untuk mendahului bacaan dengan pengantar yang tepat dan singkat.[21]
  7. Oleh karena pentingnya makna Sabda Allah, Gereja menghimbau agar kita memberi perhatian khusus pada Ambo, yang darinya Sabda Allah diwartakan.[22] Hal ini bukan semata karena sebuah perabot fungsional, melainkan tempat yang sesuai dengan martabat Sabda Allah, sama seperti dengan dengan altar: sebenarnya, kita berbicara tentang meja Sabda Allah dan meja Tubuh Kristus, dengan mengacu pada ambo dan terutama altar.[23] Ambo digunakan untuk membaca Sabda Allah dari Kitab Suci, menyanyikan mazmur tanggapan dan exultet; menyampaikan homili dan doa umat; kurang tepat digunakan untuk menyampaikan komentator, pengumuman, memandu lagu (dirigen).[24]
  8. Buku-buku yang berisi bacaan dari Kitab Suci membangkitkan semangat mereka yang mendengarkannya dengan penuh hormat akan misteri Allah yang berbicara kepada umat-Nya.[25] Dengan alas an ini, kami mohon perhatian diberikan untuk memastikan buku-buku ini berkualitas tinggi dan digunakan dengan benar. Tidaklah pantas menggunakan selebaran, fotokopi dan alat bantu pastoral lainnya sebagai pengganti buku liturgi.[26]
  9. Menjelang atau pada hari-hari setelah hari Minggu Sabda Allah diajurkan untuk mengadakan pendalaman iman atau pembinaan, untuk menggarisbawahi nilai dan pentingnya Kitab Suci dalam perayaan liturgi; hal ini dapat menjadi kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana cara Gereja dalam doa membaca Kitab Suci dengan bacaan terus menerus, semi-kontinyu dan tipologis, dan untuk menjelaskan apa kriteria dalam liturgi untuk menawarkan bacaan Kitab Suci sepanjang Tahun Liturgi pada Hari Minggu dan Hari Raya, serta hari-hari biasa dalam pekan.[27]
  10. Hari Minggu Sabda Tuhan juga merupakan kesempatan yang tepat untuk memperdalam hubungan antara Kitab Suci dan Doa Brevir, mendoakan Mazmur dan Kidung dalam ibadat harian, serta pembacaan Kitab Suci. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menggalakkan perayaan bersama dalam komunitas umat beriman pada saat Laudes dan Vesper.[28]
    Di antara banyak Orang Suci, yang semuanya bersaksi tentang Injil Yesus Kristus, Santo Hieronimus dapat diusulkan sebagai teladan karena kasihnya yang begitu besar bagi Sabda Allah. Seperti yang dikenang Paus Fransiskus baru-baru ini, dia adalah seorang “peneliti, penerjemah, dan penafsir yang tak kenal lelah. [Dia memiliki] pengetahuan yang mendalam tentang Kitab Suci, [dan] dan mempopulerkannya dengan penuh semangat. […] Di dalam mendengarkan Kitab Suci itulah, St. Hieronimus mengenal dirinya sendiri dan menemukan wajah Tuhan dan wajah saudara-saudaranya. Dia juga menegaskan ketertarikannya dalam kehidupan komunitas ”.[29]
    Tujuan dari Catatan ini adalah untuk membangkitkan kembali, dalam terang Hari Minggu Sabda Allah, kesadaran akan pentingnya Kitab Suci bagi kehidupan kita sebagai orang percaya, dimulai dengan resonansinya dalam liturgi yang menempatkan kita pada dialog hidup dan permanen dengan Tuhan. “Sabda Tuhan, yang didengarkan dan dirayakan, terutama dalam Ekaristi, memelihara dan memperkuat batin orang-orang Kristen, memungkinkan mereka untuk memberikan kesaksian yang otentik tentang Injil dalam kehidupan sehari-hari”.[30]

Kongregasi Ibadat Ilahi dan Disiplin Sakramen, 17 Desember 2020

Robert Card. Sarah, ✠ Arthur Roche,
Prefek Uskup Agung Sekertaris

[1] Cf. Paus Fransiskus, Surat Apostolik Motu proprio Aperuit illis, 30 November 2019.
[2] Paus Fransiskus, Aperuit illis, n. 8; Vatican Council II, Constitution Dei Verbum, n. 25: “Oleh sebab itu semua rohaniwan, terutama para imam Kristus serta lain-lainnya, yang sebagai diakon atau katekis secara sah menunaikan pelayanan sabda, perlu berpegang teguh pada Alkitab dengan membacanya dengan asyik dan mempelajarinya dengan saksama. Maksudnya jangan sampai ada seorang pun diantara mereka yang menjadi “pewarta lahiriah dan hampa sabda Allah, tetapi tidak mendengarkannya sendiri dalam batin”. Padahal ia wajib menyampaikan kepada kaum beriman yang dipercayakan kepadanya kekayaan sabda Allah yang melimpah, khususnya dalam Liturgi suci. Begitu pula Konsili suci mendesak dengan sangat dan istimewa semua orang beriman, terutama para religius, supaya dengan sering kali membaca kitab-kitab ilahi memperoleh “pengertian yang mulia akan Yesus Kristus” (Flp3:8). “Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus””
[3] Vatican Council II, Constitution Dei Verbum; Benedict XVI, Apostolic Exhortation Verbum Domini.
[4] Cf. Sacrosanctum Concilium, nn. 7, 33; Institutio generalis Missalis Romani (IGMR), n. 29; Ordo lectionum Missae (OLM), n. 12.
[5] Cf. OLM, n. 5.
[6] Cf. IGMR, n. 60; OLM, n. 13.
[7] Cf. OLM, n. 17; Caeremoniale Episcoporum, n. 74.
[8] Cf. OLM, nn. 36, 113.
[9] Cf. IGMR, nn. 120, 133.
[10] Cf. IGMR, n. 117.
[11] Cf. IGMR, n. 57; OLM, n. 60.
[12] Cf. OLM, nn. 12, 14, 37, 111.
[13] Cf. OLM, n. 45.
[14] Cf. IGMR, n. 61; OLM, n. 19-20.
[15] Cf. OLM, n. 56.
[16] Cf. OLM, n. 24; Kongregasi Ibadat Ilahi dan Disiplin Sakramen, Homiletic Directory, n. 16.
[17] Paus Fransiskus, Aperuit illis, n. 5; Homiletic Directory, n. 26.
[18] Cf. Paus Fransiskus, Apostolic Exhortation Evangelii gaudium, nn. 135-144; Homiletic Directory.
[19] Cf. IGMR, n. 56; OLM, n. 28.
[20] Cf. OLM, nn. 14, 49.
[21] Cf. OLM, nn. 15, 42.
[22] Cf. IGMR, n. 309; OLM, n. 16.
[23] Cf. OLM, n. 32.
[24] Cf. OLM, n. 33.
[25] Cf. OLM, n. 35; Caeremoniale Episcoporum, n. 115.
[26] Cf. OLM, n. 37.
[27] Cf. OLM, nn. 58-110; Homiletic Directory, nn. 37-156.
[28] Institutio generalis de Liturgia Horarum, n. 140: “Mengikuti tradisi kuno, Kitab Suci dibacakan di depan umum dalam liturgi tidak hanya dalam perayaan Ekaristi tetapi juga di Offisi Ilahi. Bacaan liturgis kitab suci adalah yang paling penting bagi semua orang Kristen karena itu ditawarkan oleh Gereja sendiri dan bukan oleh keputusan atau keinginan individu tunggal. Dalam kurun waktu setahun misteri Kristus disingkapkan oleh Mempelai-Nya […]. Dalam perayaan liturgi doa selalu menyertai pembacaan Kitab Suci ”.
[29] Cf. Paus Fransiskus, Surat Apostolik Scripturae sacrae afekus, pada Peringatan XVI-hundredth (1.600 tahun) Wafatnya Santo Hieronimus, 30 September 2020.
[30] Cf. Paus Fransiskus, Apostolic Exhortation Evangelii gaudium, n. 174.

@@@@@phs@@@@@

komsostidar1