Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
Yohanes 13:12-15
Apakah kamu ingin menjadi suci? Mungkin pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang akan segera dijawab semua orang dengan “Ya”. Sayangnya, kekudusan, bagi sebagian orang, bisa tampak membosankan dan tidak menarik. Daya pikat kejahatan sangat memikat pada tingkat yang membingungkan dan dangkal. Jadi apa jawaban Anda untuk pertanyaan ini? Apakah kamu ingin menjadi suci?
Saat kita mulai hari ini Triduum suci, kita memasuki hari-hari tersuci dalam tahun Gereja. Kita berjalan bersama Tuhan kita melalui pemuliaan terakhir-Nya hari ini saat Dia merayakan Paskah bersama para murid-Nya dan memasuki Taman Getsemani untuk menunggu penangkapan-Nya. Besok kita berjalan bersama Dia melalui pos-pos Salib-Nya. Pada hari Sabtu, kami duduk dalam diam memuja makam-Nya sambil menunggu Kebangkitan.
Dalam Injil yang dikutip di atas, Yesus memberi kita model kekudusan melalui kesaksian tindakan-Nya. Dia Yang adalah Tuhan Semesta Alam, Pencipta segalanya, Anak Tuhan yang Kekal, Pribadi Kedua dari Tritunggal Mahakudus, merendahkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba yang rendah dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Dia kemudian menawarkan mereka Ekaristi Mahakudus untuk pertama kalinya, sebelum Dia pergi menemui para penganiaya-Nya.
Model yang Yesus berikan kepada kita adalah tindakan profetik yang dengannya Yesus mengatakan kepada kita bahwa kebesaran sejati, yaitu kekudusan sejati, ditemukan dalam kerendahan hati. Kekudusan terwujud dalam hidup kita saat kita mengalihkan pandangan dari diri kita sendiri dan mencintai orang lain sebagai hamba mereka.
Tidak seorang pun dari kita adalah Juruselamat Dunia, tetapi kita masing-masing harus menjadi alat tindakan penyelamatan-Nya bagi orang lain. Saat kita menerima pemberian Yesus, kita kemudian harus berpaling kepada orang lain dan merendahkan diri di hadapan mereka. Kita harus membantu mereka untuk melihat cinta dan martabat kita. Kita harus melayani mereka dengan kerendahan hati dan mengutamakan mereka. Dengan begitu, kita bisa mengundang mereka untuk meniru kita sebagaimana kita meniru Kristus. Dengan demikian, peniruan kita yang rendah hati terhadap Yesus menjadi cara Yesus mengundang orang lain untuk mengikuti-Nya.
Renungkan, hari ini, atas undangan Yesus: “… seperti yang telah Aku lakukan untukmu, kamu juga harus melakukannya.” Yesus memberi kita segalanya, jadi kita harus memberikan segalanya kepada orang lain. Kami harus melayani tanpa menghitung biaya. Kita harus mencintai mereka, menempatkan kebutuhan mereka di atas kebutuhan kita. Kita harus menjadi teladan kasih Kristus bagi mereka. Renungkan pelayanan Yesus hari ini dan sepanjang Triduum dan berkomitmenlah untuk menjalankan undangan yang diberikan oleh Tuhan kita kepada Anda.
Tuhanku yang rendah hati, semoga namamu dipuji dan dipuja di atas segalanya. Semoga Engkau diagungkan oleh kerendahan hati dan pelayananMu. Aku melihat dalam tindakanMu yang rendah hati, Tuhan yang terkasih, cinta yang dalam yang Engkau miliki untukku dan untuk semua. Bolehkah diriku meniru cinta yang rendah hati itu dalam hidupku sendiri sehingga peniruanku terhadap-Mu akan membantu membagikan cinta-Mu yang menyelamatkan kepada orang lain. Yesus, aku percaya padaMu.
Amin
Renungan 31 Maret 2021 | Renungan 02 April 2021 (JUMAT AGUNG)