Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.
Markus 10:14-16
Yesus menggunakan teladan anak-anak untuk menjelaskan bagaimana kita harus menerima Kerajaan Allah. Kita harus menerimanya sebagai seorang anak. Bukan dengan keraguan, tetapi dengan keterbukaan, kegembiraan dan kesederhanaan. Tetapi perikop di atas juga mengungkapkan kebenaran halus lainnya. Ini mengungkapkan kasih sayang alami dan sehat yang harus kita miliki untuk orang lain.
Dunia yang kita tinggali saat ini cenderung semakin ke arah pesta pora dan keinginan manusia yang sesat. Nafsu cenderung mendominasi budaya kita sedemikian rupa sehingga hampir tampak normal untuk melihat orang lain sebagai objek keinginan. Ini paling jelas terlihat di iklan dan film. Dosa seksual merajalela dan mempengaruhi banyak orang sedemikian rupa sehingga mereka terikat olehnya, tidak dapat membebaskan diri.
Salah satu akibat yang menyedihkan dari hal ini adalah tampaknya ada hilangnya kasih sayang manusia yang sehat. Dalam budaya yang terlalu seksual, kita dapat dengan mudah mulai melihat segala sesuatu melalui lensa itu, apakah kita menyadarinya atau tidak. Akibatnya, pemahaman tentang kasih sayang manusia yang sehat hilang.
Dalam perikop Injil ini, Yesus berkata, “Biarkan anak-anak datang kepada-Ku.” Selanjutnya, “Kemudian Dia memeluk anak-anak dan memberkati mereka, meletakkan tanganNya di atas mereka.” Bagian-bagian ini mengungkapkan kepada kita kasih sayang yang kudus, alami dan sehat yang Yesus miliki untuk anak-anak ini dan untuk kita semua. Namun, bukan hanya anak-anak yang datang kepada-Nya. Itu juga wanita yang tertangkap dalam perzinahan yang berpegangan pada kaki-Nya dan Rasul Yohanes yang bersandar pada-Nya pada Perjamuan Terakhir.
Kasih sayang manusia harus dimurnikan dan ditebus sedemikian rupa sehingga ditawarkan kepada orang lain tanpa motif egois dan, tentu saja, tanpa hasrat seksual yang tidak teratur. Ketika hal ini dapat dilakukan, seperti yang Yesus lakukan, pelukan orang tua kepada anak, sahabat dan kawan, pasangan kepada pasangan lain, dll., menjadi ekspresi cinta yang suci dan alami di dalam hati Kristus. .
Renungkan, hari ini, atas kebaikan kasih sayang manusia yang sehat. Tetapi renungkan juga, pada kenyataan bahwa budaya kita dipenuhi dengan banyak ketidakmurnian yang menyebabkan kebingungan tentang pertukaran cinta yang alami ini. Berdoalah untuk karunia kemurnian hati yang berkesinambungan sehingga Tuhan kita akan mengundang banyak orang kepada diri-Nya melalui hati dan kasih sayang anda.
Tuhan Yesus yang terkasih, aku menyadari bahwa setiap karunia yang sempurna, dan di atas semua itu, karunia kemurnian, tergantung dari pertolongan yang sangat berkuasa dari Penyelenggaraan-Mu, dan bahwa tanpa Engkau, seorang mahluk ciptaan tak akan dapat berbuat apapun. Oleh karena itu, aku berdoa kepada-Mu, dengan rahmat-Mu,
agar dapat mempertahankan kemurnian dan kesucian jiwaku dan juga tubuhku. Dan jika aku pernah menerima, melalui inderaku apapun kesan yang dapat menodai kemurnian dan kesucianku, semoga Engkau, yang adalah Tuhan yang mengatasi semua kekuatanku, mengambil itu daripadaku, sehingga aku dapat dengan hati yang tak bernoda bergegas memperhatikan kasih-Mu dan pelayanan-Mu, mempersembahkan diriku dengan kemurnian sepanjang hari dalam hidupku di altar keilahian-Mu yang termurni.Amin (St. Thomas Aquinas)
Renungan 27 Februari 2022 – HARI MINGGU BIASA VIII
DATA MONITORING COVID-19 UMAT PAROKI ST ANDREAS TIDAR, MALANG
Silahkan mengisi Form di link ini untuk mendata umat terpapar covid
https://forms.gle/A2ZcCBSzMR9bi7aE7
Bagi umat yang kesulitan mengisi data, bisa meminta bantuan kepada Ketua Lingkungan masing-masing.