PERTEMUAN KELUARGA SE-DUNIA X TAHUN 2022 | KATEKESE i – KELUARGA DAN PANGGILAN

Kasih Keluarga: Panggilan dan Jalan Kekudusan – Pertemuan Keluarga se-Dunia  X 22-26 Juni 2022 | Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI

Arti Panggilan

Panggilan, vocation (Inggris), berasal dari kata latin vocare yang berarti “memanggil”. Allah pertama-tama memanggil kita secara pribadi untuk menjadi anak-Nya melalui Sakramen Baptis. Beberapa orang yang dibaptis itu dipanggil untuk mempersembahkan hidupnya kepada Allah sebagai imam atau religius; sebagian lagi dipanggil untuk memberikan hidup melalui sakramen Perkawinan. Oleh karena itu, hidup perkawinan juga adalah sebuah panggilan dari Allah.

Menurut Namanya Sendiri

Di dalam keluarga, setiap orang dipanggil sesuai dengan namanya, terutama jika ada anak-anak di dalam keluarga. Orang tua membuat keputusan penting ketika memilih dan memberi nama kepada anak-anak, dan dengan nama itu, anak-anak akan dipanggil sepanjang hidup mereka.

Ada banyak alasan mengapa sebuah nama itu dipilih. Kadang-kadang nama yang diberikan itu itu adalah nama yang diteruskan dalam keluarga dari generasi ke generasi; kadang-kadang nama yang diberikan itu adalah nama santo santa yang menjadi devosi khusus orang tua, atau nama orang yang, dalam berbagai macam hal, telah membekas dalam hidup orang tua. Bagi setiap pribadi, sebuah nama itu menjadi kartu panggilan / kehadiran seseorang ke dalam dunia. Sebuah nama berbicara banyak tentang pribadi.

Kesendirian

Jika kita berbicara dengan seseorang tetapi kita tidak mengenal namanya, itu tandanya bahwa kita tidak sungguh-sungguh berelasi dengan orang tersebut. Ketakutan terbesar orang adalah bahwa ia tidak diingat. Karena tidak dikenal, orang dapat merasa kesepian. Pada dasarnya, kesepian itu muncul ia merasa tidak diperhatikan dan diinginkan. Masa karantina panjang yang kita alami, menunjukkan kepada kita adanya perasaan tidak diperhatikan dan diinginkan, terutama dari para lansia, dan mereka, yang karena aneka sebab, mengalami kesulitan untuk hidup sendiri.

Kita Dipanggil

Salah satu kebiasaan orang tua terhadap anak-anaknya adalah memanggil mereka. Mereka memanggilnya untuk membangunkan mereka di pagi hari, untuk mencari dimana mereka berada, untuk mendorong mereka mengerjakan tugas-tugasnya atau untuk mengungkapkan cinta mereka kepadanya. Berpura-pura tidak mendengar panggilan merupakan stretegi yang sering kita pakai jika kita tidak ingin terlibat-berelasi dengan orang yang memanggil kita. Pada dasarnya, panggilan seseorang atas kita itu mempunyai pesan yang jelas. Ia tahu keberadaan kita dan tertarik pada hidup kita. Kita dapat menerima bahkan menolak panggilan untuk membangun sebuah relasi ini.

Allah Memanggil Kita Dengan Nama Kita

Kutipan dari St. Paulus mengingatkan kita bahwa kita semua dipanggil, kita masing-masing dikenal dan dipanggil oleh Allah Bapa: “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman dan yang sekarang dinyatakan oleh kedangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah dinyatakan telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”. (2 Tim 1:9-10)

Allah Telah Memanggil Kita Beberapa Kali Sejak dari Awal

 Sebagaimana orang memanggil kita dengan nama yang diberikan oleh orang tua kita, demikian juga Allah memanggil kita dengan nama kita. Sebagaimana orang memanggil kita dengan nama yang diberikan oleh orang tua kita, demikian juga Allah memanggil kita dengan nama kita. Ketika membaca Kitab Suci, kita menemukan bahwa Allah secara terus menerus memanggil pria dan wanita dengan aneka cara untuk membangun relasi dengan-Nya dan tinggal dalam hidup mereka. Sekarang ini Bapa memanggil kita untuk mengikuti Yesus, karena melalui Dia kematian telah dikalahkan dan kita memperoleh hidup; suatu hidup, yang walaupun penuh dengan kesulitan, layak untuk dijalani karena membawa kita pada hidup kekal. Dengan kekuatan Roh Kudus, kita dapat menjawab panggilan Allah, yang unik bagi kita masing-masing.

Perkawinan adalah Jawaban Atas Panggilan Allah

Melalui Sakramen Perkawinan, suami dan istri menjawab panggilan Allah. Panggilannya adalah panggilan untuk mencintai sebagaimana Dia mencintai. Maka dari itu, jawaban “ya” yang dinyatakan oleh mempelai pria dan wanita dalam upacara perkawinan bergema setiap hari dalam usaha mereka untuk mengasihi satu sama lain lepas dari kerapuhan dan kelemahan mereka. Panggilan untuk mencintai hanya dapat terwujud ketika suami istri menyambut Rahmat, yang semakin memampukan mereka belajar dengan sabar dan tekun mengasihi satu sama lain dan mengasihi sebagaimana Yesus mengasihi. Meskipun ada tantangan dan masa sulit yang tak terhindarkan, namun sangatlah meneguhkan menyadari bahwa Kristus hadir memberikan dukungan dan penghiburan yang tak terkira. SuaraNya, yang disampaikan melalui Sabda-Nya, tidak pernah berhenti memanggil, menghibur dan mendorong kita untuk terus berjalan dalam kehidupan ini.

Sangat dianjurkan bahwa setiap pribadi menyediakan waktu untuk membaca ulang ketekse ini, dan merenungkan apa yang bergema dalam hatinya secara khusus.

Pokok-Pokok Diskusi untuk Suami Istri atau Keluarga

Carilah Tuhan selama Ia dapat ditemukan, berserulah kepadaNya selama Ia dekat. Karena pikiranku bukanlah pikiran-Nya dan jalanku bukanlah jalan-Nya (bdk. Yes 55:6-80).

Kadang-kadang panggilan Allah tidak seperti yang kita inginkan, apa yang kita pikirkan, apa yang menurut kita benar. Nabi Yesaya berkata kepada kita : Carilah Allah, berserulah kepadaNya.

  • Marilah kita bagikan pengalaman kita kepada pasangan kita atau anak-anak kita, bagaimana kita mengagumi panggilan Allah selama kita bertumbuh.
  • Apakah kita sadar bahwa perkawinan adalah jawaban atas panggilan Allah?

Pokok-pokok Diskusi Dalam Komunitas

Marilah kita merenungkan bahwa sebagai komunitas, bahwa perkawinan adalah sebuah panggilan dari Allah untuk menjadikan perkawinan sebagai sebuah sakramen dan lebih lagi menjadi gambar (yang tidak sempurna tetap nyata) dari kasih-Nya.

  • Ketika kita mendengar sebuah panggilan di hati kita, bagaimana kita dapat mengetahui apakah itu benar-benar dari Allah?
  • Mari kita renungkan pentingnya diskresi ketika kita dihadapkan dengan pilihan hidup, tetapi juga pada panggilan sederhana yang Allah buat kepada kita setiap hari

Lebih detail lagi : Perkawinan, hidup bakti, imamat : setiap panggilan yang benar berawal dari perjumpaan dengan Yesus. https://www.vatican.va/content/francesco/en/audiences/2017/ documents/papa- francesco_20170830_udienza-generale.html

DOA RESMI PERTEMUAN KELUARGA SE-DUNIA X TAHUN 2022

CINTA KASIH KELUARGA :

PANGGILAN DAN JALAN KEKUDUSAN

Bapa yang Kudus, kami hadir di hadapan-Mu untuk memuji dan bersyukur kepada-Mu atas anugerah keluarga yang begitu besar.

Kami berdoa bagi keluarga-keluarga yang telah dikuduskan dalam sakramen perkawinan. Semoga mereka setiap hari menemukan kembali rahmat yang telah mereka terima. Dan sebagai gereja kecil, mereka semakin mampu memberi kesaksian akan kehadiran dan cinta-Mu yang dengannya Kristus mencintai Gereja.

Kami berdoa bagi keluarga-keluarga yang sedang mengalami kesulitan dan penderitaan karena penyakit dan berbagai permasalahan yang hanya Engkaulah sendiri yang mengetahuinya.

Teguhkanlah dan sadarkanlah mereka, Engkau telah memanggil keluarga kepada jalan pengudusan yang telah Engkau peruntukkan bagi mereka sehingga mereka dapat mengalami belas kasih-Mu yang tak tehingga dan menemukan cara-cara baru untuk bertumbuh dalam cinta kasih. Kami berdoa untuk anak-anak dan para remaja. Semoga, mereka bisa berjumpa dengan-Mu dan menanggapi panggilan yang telah Engkau rencanakan bagi mereka dengan penuh sukacita.

Untuk para orangtua serta kakek dan nenek; Semoga mereka menyadari bahwa mereka adalah tanda kebapaan sekaligus keibuan Allah dalam perawatan putra dan putri yang secara jasmani dan rohani telah Engkau percayakan kepada mereka; melalui pengalaman kasih persaudaraan yang dapat diberikan keluarga bagi dunia.

Tuhan, buatlah agar setiap keluarga dapat menghayati panggilan menuju kekudusan dalam Gereja sebagai panggilan untuk menjadi pelaku evangelisasi, dalam pelayanan bagi kehidupan dan perdamaian, dalam persekutuan dengan para imam, biarawan, biarawati dan seluruh umat.Berkatilah Pertemuan Se-Dunia. Amin.

Baca juga :

KATEKESE VI – KAKEK NENEK DAN LANSIA

KATEKESE V – AYAH DAN IBU

KATEKESE IV – KITA SEMUA ANAK, KITA SEMUA SAUDARA

KATEKESE III – NAZARET : KASIH YANG BIASA

KATEKESE II – DIPANGGIL KEPADA KEKUDUSAN

komsostidar1