PERTEMUAN KELUARGA SE-DUNIA X TAHUN 2022 | KATEKESE IV – KITA SEMUA ANAK, KITA SEMUA SAUDARA

KITA SEMUA ANAK, KITA SEMUA SAUDARA

Dalam sebuah keluarga ada aneka peran-tugas, namun kita semua disatukan oleh identitas yang sama: kita semua adalah anak! Tidak seorangpun memilih untuk dilahirkan di keluarga tertentu. Hidup dan kehadiran kita masing-masing itu bergantung pada ayah dan ibu kita. Kita tidak dapat memberi hidup pada diri kita sendiri, kita hanya dapat menerimanya.

Hidup itu misteri yang bersinar di hadapan kita ketika anak-anak lahir dan ketika untuk pertama kalinya kita melihat mereka dengan mata kepala kita sendiri; pada saat itu kita diliputi dengan sesuatu yang agung. Anak laki-laki ataupun peremuan itu menjadi bukti misteri kehidupan yang sebagian tergantung pada kita dan kemudian kita mulai mengasihinya bahkan sebelum kita melihatnya.

Kita Saling Membutuhkan

Ketika anak-anak masih kecil, mereka membutuhkan kita. Hidup mereka sehari-hari tergantung pada kita: makanan, pakaian, perawatan tubuh, berkomunikasi, belajar hidup di dunia. Bahkan sebagai orang dewasa, bagaimanapun juga, kita semua memiliki pengalaman bergantung pada sesuatu dan seseorang. Kita selalu membutuhkan bantuan, cinta, dan pengampunan! Apa yang ada di balik kebenaran ini?

Dicintai Sebelum Lahir

Allah Bapa membayangkan kita masing-masing sebagai makhluk yang unik dan mengasihi kita sejak sebelum kita dilahirkan.

“Aku memikirkanmu bahkan sebelum aku membentukmu di dalam rahim. Sebelum kamu lahir, aku sudah memilihmu.” (Yer. 1,5).

Menjadi tergantung, sebagai ciri keberadaan kita di dunia, mengajarkan kepada kita bahwa seseorang pertama-tama telah mencintai kita, mengingingkan kita dan bahwa orang tua kita secara terbuka menerima hidup sebagai hadiah. Sangat mengerikan dan menyedihkan jika kita merasakan tidak dibutuhkan, bahkan tidak terpilih masuk menjadi tim ketika kita masih anak-anak, atau dipilih terakhir, seolah-olah kita adalah pelengkap penderita. Tetapi, jika kita berpikir bahwa kita telah dipilih dan dipanggil selama ini, maka keyakinan bahwa kita ada di hati Allah membebaskan kita dari kecemasan dan meyakinkan kita bahwa selama ini kita telah berakar pada cinta yang datang “sebelum” segala sesuatu yang lain.

“Dari sini juga mengalir kedalaman pengalaman manusia sebagai putera dan puteri, yang memungkinkan kita menemukan dimensi cinta yang tanpa syarat, yang tidak pernah berhenti membuat kita kagum Inilah indahnya dicintai terlebih dahulu: anak-anak dicintai sebelum mereka datang.” (Paus Fransiskus, Audiensi Umum, 11 Feb 2015)

Kita tidak memilih diri kita sendiri melainkan kitalah yang telah dipilih; kenyataan ini memberi pesan kepada kita bahwa syarat yang diperlukan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah terdiri dari “tidak menganggap diri kita mandiri, tetapi membutuhkan bantuan, cinta, pengampunan.” (Paus Fransiskus, Audiensi Umum, 18 Maret 2015), semua hal yang diingatkan oleh anak-anak kepada kita, terutama ketika mereka masih kecil.

Hidup Dalam Persaudaraan

Keluarga adalah tempat pertama kita belajar untuk menghayati persaudaraan sebagaimana kita semua dipanggil oleh Bapa menjadi anak-anak-Nya.

“Dalam keluarga, di antara saudara kandung, hidup bersama sebagai manusia dipelajari, bagaimana seseorang seharusnya hidup di tengah masyarakat. Mungkin kita tidak selalu menyadarinya, tetapi keluarga itu sendirilah yang memperkenalkan persaudaraan ke dalam dunia! Dimulai dengan pengalaman pertama persaudaraan ini, yang dipupuk oleh kasih sayang dan pendidikan di rumah, gaya persaudaraan memancar seperti sebuah janji kepada seluruh masyarakat dan pada relasi antar banyak orang.

Berkat yang Allah curahkan, dalam Yesus, atas ikatan persaudaraan ini meluas dengan cara yang terbayangkan. Ia menjadikannya mampu mengatasi segala perbedaan suku, bahasa, budaya, bahkan agama. Bagaimanapun juga, sejarah telah menunjukkan dengan cukup baik, budaya bahkan agama. Bagaimanapun sejarah telah menunjukkan dengan cukup baik, bahwa kebebasan dan kesetaraan, tanpa persaudaraan, dapat dipenuhi dengan individualisme dan konformisme, dan bahkan kepentingan pribadi.” (Paus Fransiskus, Audiensi Umum, 18 Feb 2021).

Disarankan bahwa setiap orang mempunyai waktu untuk membaca kembali katekese ini dan merenungkan apa yang secara khusus bergema dalam hati mereka.

Pokok-pokok Diskusi untuk Pasangan Suami Istri / Keluarga

Setiap orang selalu memerlukan pertolongan, kasih dan pengampunan!

  • Bagaimana perasaan kita, ketika kita ditolong, dikasihi dan diampuni?
  • Siapakah mereka yang membuat kita merasa ditolong, dikasihi dan diampuni?
  • Dalam hati setiap orang, kita menemukan kerinduan untuk ditolong, dikasihi dan diampuni. Kehadiran kita di samping setiap pribadi itu sangatlah penting. Marilah kita renungkan hal ini beberapa hari: siapa yang membuat kita bahagia, dan siapa yang membuat kita mampu untuk mengasihi?

Mari kita ingat undangan Paus Fransiskus «Kita masing-masing memikirkan anak-anak kita – jika kita mempunyai (…) Mari kita memikirkan orang tua kita dan bersyukur kepada Allah atas anugerah kehidupan (Paus Fransiskus, Audiensi Umum, 11 Feb 2015)

Pokok-pokok Diskusi dalam Komunitas

  • Anak-anak membutuhkan kita untuk tumbuh, tetapi kita juga membutuhkan orang lain.
  • Sangatlah buruk dan menyedihkan jika kita merasa tidak dibutuhkan. Apa artinya, secara konkret, menyakinkan setiap orang dalam komunitas kita bahwa mereka itu dibutuhkan? Kita dapat mengadakan pertemuan pra-Pertemuan keluarga se Dunia yang akan datang, dengan melibatkan banyak orang di dalamnya.

Untuk lebih detail:

https://www.vatican.va/content/francesco/it/audiences/2015/documents/papa- francesco_20151014_udienza-generale.html

https://www.vatican.va/content/francesco/it/audiences/2015/documents/papa- francesco_20150211_udienza-generale.html

https://www.vatican.va/content/francesco/it/audiences/2015/documents/papa- francesco_20150318_udienza-generale.html

https://www.vatican.va/content/francesco/it/audiences/2015/documents/papa- francesco_20150218_udienza-generale.html  

DOA RESMI PERTEMUAN KELUARGA SE-DUNIA X TAHUN 2022
CINTA KASIH KELUARGA : PANGGILAN DAN JALAN KEKUDUSAN

Bapa yang Kudus, kami hadir di hadapan-Mu untuk memuji dan bersyukur kepada-Mu atas anugerah keluarga yang begitu besar.

Kami berdoa bagi keluarga-keluarga yang telah dikuduskan dalam sakramen perkawinan. Semoga mereka setiap hari menemukan kembali rahmat yang telah mereka terima. Dan sebagai gereja kecil, mereka semakin mampu memberi kesaksian akan kehadiran dan cinta-Mu yang dengannya Kristus mencintai Gereja.

Kami berdoa bagi keluarga-keluarga yang sedang mengalami kesulitan dan penderitaan karena penyakit dan berbagai permasalahan yang hanya Engkaulah sendiri yang mengetahuinya.

Teguhkanlah dan sadarkanlah mereka, Engkau telah memanggil keluarga kepada jalan pengudusan yang telah Engkau peruntukkan bagi mereka sehingga mereka dapat mengalami belas kasih-Mu yang tak tehingga dan menemukan cara-cara baru untuk bertumbuh dalam cinta kasih. Kami berdoa untuk anak-anak dan para remaja. Semoga, mereka bisa berjumpa dengan-Mu dan menanggapi panggilan yang telah Engkau rencanakan bagi mereka dengan penuh sukacita.

Untuk para orangtua serta kakek dan nenek; Semoga mereka menyadari bahwa mereka adalah tanda kebapaan sekaligus keibuan Allah dalam perawatan putra dan putri yang secara jasmani dan rohani telah Engkau percayakan kepada mereka; melalui pengalaman kasih persaudaraan yang dapat diberikan keluarga bagi dunia.

Tuhan, Buatlah agar setiap keluarga dapat menghayati panggilan menuju kekudusan dalam Gereja sebagai panggilan untuk menjadi pelaku evangelisasi, dalam pelayanan bagi kehidupan dan perdamaian, dalam persekutuan dengan para imam, biarawan, biarawati dan seluruh umat Berkatilah Pertemuan Se-Dunia. Amin.

Baca Juga :

KATEKESE VI – KAKEK NENEK DAN LANSIA

KATEKESE V – AYAH DAN IBU

KATEKESE III – NAZARET : KASIH YANG BIASA

KATEKESE II – DIPANGGIL KEPADA KEKUDUSAN

KATEKESE I – KELUARGA DAN PANGGILAN

komsostidar1