Kata mereka: “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!”
Lukas 19:38
Dalam Liturgi hari ini, kita menghadapi kontras pengalaman dan emosi. Kami memulai perayaan dengan mendengarkan kisah Yesus yang disambut di Yerusalem dengan sukacita dan kegembiraan yang besar! “Hosana!” mereka berteriak. Yesus diperlakukan sebagaimana Dia seharusnya diperlakukan. Orang-orang senang melihat Dia dan ada banyak kegembiraan.
Tapi kegembiraan ini dengan cepat berubah menjadi kejutan dan kengerian saat kita masuk lebih dalam ke bacaan hari ini. Injil memuncak dengan Yesus tergantung di Salib sambil berseru, “Eloi, Eloi, lama sabachthani?” “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Dan dengan itu, “Yesus berseru dengan nyaring dan mengembuskan napas terakhirnya.” Pada saat itu seluruh jemaat berlutut dalam keheningan saat kita merenungkan realitas kematian Kristus.
Bagaimana hal-hal dapat berubah dalam waktu yang singkat. Apa yang terjadi dengan semua orang yang berteriak dan memuji Dia ketika Dia masuk ke Yerusalem? Bagaimana mereka bisa membiarkan Dia masuk ke dalam Penyaliban dan kematian itu ?
Jawaban terdalam untuk pertanyaan ini adalah jawaban yang mungkin tidak kita harapkan. Jawabannya adalah bahwa Bapa menghendakinya. Bapa menghendaki, dengan kehendak-Nya yang permisif, bahwa begitu banyak orang akan berbalik kepada-Nya, meninggalkan Dia dan membiarkan Dia disalibkan. Ini sangat penting untuk dipahami.
Kapan saja selama Pekan Suci pertama itu, Yesus bisa saja menggunakan kuasa ilahi-Nya dan menolak untuk memeluk Salib-Nya. Tapi Dia tidak melakukannya. Sebaliknya, Dia dengan rela menjalani minggu ini dengan mengantisipasi dan merangkul penderitaan dan penolakan yang Dia terima. Dan Dia tidak melakukannya dengan enggan atau bahkan dengan penyesalan. Dia memeluk minggu ini dengan sukarela, memilihnya sebagai kehendak-Nya sendiri.
Mengapa Dia melakukan hal seperti itu? Mengapa Dia memilih penderitaan dan kematian? Karena dalam kebijaksanaan Bapa yang sempurna, penderitaan dan kematian ini adalah untuk tujuan yang lebih besar. Tuhan memilih untuk mengacaukan kebijaksanaan dunia dengan menggunakan penderitaan dan Penyaliban-Nya sendiri sebagai sarana sempurna kekudusan kita. Dalam tindakan ini, Dia mengubah kejahatan terbesar menjadi kebaikan terbesar. Sekarang, sebagai hasil dari iman kita dalam tindakan ini, salib digantung di tengah-tengah gereja kita dan di rumah kita sebagai pengingat terus-menerus bahwa bahkan kejahatan terbesar pun tidak dapat mengalahkan kuasa, hikmat, dan kasih Allah. Tuhan lebih kuat dari kematian itu sendiri dan Tuhan memiliki kemenangan terakhir bahkan ketika semuanya tampak hilang.
Biarkan minggu ini memberi anda harapan Ilahi. Seringkali kita tergoda untuk putus asa dan, lebih buruk lagi, kita bisa tergoda untuk kehilangan segalanya. Tapi semua tidak hilang bagi kita juga. Tidak ada yang akhirnya bisa mencuri sukacita kita kecuali kita membiarkannya. Tidak ada kesulitan, tidak ada beban dan tidak ada salib yang dapat menaklukkan kita jika kita tetap teguh di dalam Kristus Yesus membiarkan Dia mengubah semua yang kita tanggung dalam hidup dengan pelukan kemuliaan-Nya di Salib-Nya sendiri.
Renungkan, hari ini, pada kontras emosi dari Minggu Palma sampai Jumat Agung. Renungkan ketakutan, kebingungan dan keputusasaan yang akan dialami banyak orang ketika mereka melihat Yesus dibunuh. Renungkan juga, bahwa ini adalah tindakan Ilahi yang dengannya Bapa mengizinkan penderitaan besar ini untuk menggunakannya demi kebaikan terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah kehidupan manusia. Tuhan memberikan hidup-Nya dengan cuma-cuma dan memanggil anda untuk melakukan hal yang sama. Renungkan salib dalam hidup anda. Ketahuilah bahwa Tuhan dapat menggunakan ini untuk kebaikan, menghasilkan banyak belas kasihan melalui pelukan bebas anda saat anda mempersembahkannya kepada-Nya sebagai pengorbanan yang iklhas. Pekan Suci yang Diberkati! Arahkan pandangan anda pada Salib Tuhan dan juga salib milik anda sendiri.
Tuhanku yang tersalib, ketika aku tergoda untuk putus asa, beri aku harapan. Bantu diriku untuk melihat kehadiranMu dalam segala hal, bahkan dalam hal-hal yang paling mengganggu aku. Semoga Pekan Suci ini mengubah saat-saat tergelap dan kelemahanku saat aku menyerahkan semuanya kepada-Mu, Tuhanku. Yesus, aku percaya pada-Mu.
Amin
Renungan 09 April 2022 Renungan 11 April 2022
DATA MONITORING COVID-19 UMAT PAROKI ST ANDREAS TIDAR, MALANG
Silahkan mengisi Form di link ini untuk mendata umat terpapar covid
https://forms.gle/A2ZcCBSzMR9bi7aE7
Bagi umat yang kesulitan mengisi data, bisa meminta bantuan kepada Ketua Lingkungan masing-masing.